Peran Gambut untuk Dunia
Lahan gambut merupakan hal penting bagi dunia. Sebuah riset yang disampaikan pakar ilmu tanah Universitas Gajahmada menyebutkan bahwa Indonesia memiliki 20 juta hektar lahan gambut yang terletak di Sumatera. Riau memiliki lebih kurang 4 juta hektar dan juga di Kalimantan.
Selain itu lahan gambut di Indonesia merupakan terluas di kawasan trpoka dunia. Lebih dari 50 persen lahan gambut tropika Asia berada di Indonesia. Sedangkan di Malaysia hanya mempunya 2.5 juta hektar lahan gambut yang dimanfaatkan untuk lahan pertanian dan tanaman kelapa sawit.
Apa Fungsi Gambut?
Menurut informasi ada beberapa peran gambut yang dapat kita urutkan seperti berikut;
1. Sumber Energi.
Gabut banyak digunakan oleh masyarakat irlandia sebagai sumber energi. Gambut yang dikeringkan dapat menjadi briket gambut. Briket ini dapat digunakan untuk penghangat rumah. Selain itu, gambut sebenarnya juga merupakan material asal dari batubara.
Seorang pakar bernama Schopf (1956) mendefinisikan batubara sebagai batuan yng dapat terbakar dengan kandungan karbon sebanyak 50% dan berasal dari kompasi sisa tumbuhnan. Proses perubahan dari gambut menjadi batubara dikenal dengan proses pembatubaraan (coalification)
2. Penyimpan Karbon dan Regulator Iklim.
Lahan gambut telah diteliti sebagai rservoar karbon jangka panjang terbsear kedua di dunia setelah samudra. Peran terbsebut membuat lahan gambut menjadi salah satu agen yang dapat meregulasi iklim. Ia memiliki peran ganda yakni sebagai penyimpan karbon atau sebagai sumber yang melepas karbon ke atmosfer.
Kedua emisi karbon yang dilepaskan ke atmosfer dalam bentuk gas metana (CH4) dari gambut serta karbon dioksida (C02) ditengarai sebagai salah satu penyebab bertambahnya konsetrasi gas rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global. Indonesia merupakan negara emitor karbondioksida terbanyak degradasi akibat degradasi lahan gambut dengan besar 500 Mton per tahun.
3. Rekontruksi Iklim Purba
Gambut terakumulasi dalam jangka waktu yang lama, dapat mencapai ribuan tahun dan terbentuk dari sisa tumbuhan yang mengandung informasi untuk menganalisis kondisi iklim maupun lingkungan masa lalu saat tumbuhan tersebut masih hidup. Penelitian mengenai iklim masa lampau menggunakan gambut telah dilakukan beberapa peneliti, di antaranya adalah White, dkk (1994).
White, dkk (1994) melakukan rekonstruksi kadar CO2 atmosfer purba menggunakan rasio isotop (δ) 13C/12C pada tumbuhan lumut dan ilalang yang terdapat pada gambut. Prinsip yang digunakan adalah bahwa lumut berbeda dari ilalang maupun tumbuhan berpembuluh lainnya yang tidak memiliki stomata, sehingga tidak memiliki kemampuan untuk meregulasi pengambilan CO2 dan air dari lingkungan.
Gambut itu seperti spons ia bisa mengatur air yang ada di lahan. Ketika kemarau dia melepaskan air, ketika sedang musim hujan dia kemudian menyerap air dengan baik agar tidak banjir.
Apa Lahan Gambut Mudah Terbakar?
Mungkin muncul pertanyaan, kenapa sering sekali diberitakan bahwasanya lahan gambut itu mudah terbakar?
Seorang Guru besar Universitas Indonesia mengatakan secara alamiah kebakaran lahan gambut di hutan tropis jarang terjadi. Bencara tersebut muncul disebabkan faktor alam dan manusia.
Contohnya perubahan iklim yang pada musim kemaraunya lebih panjang. Sehingga air di ekosistem gambut mudah surut dan lama-kelamaan menjadi kering.
Kadang juga terjadi kesengajaan untuk mengubah lahan gambut menjadi lahan industri pertanian dan perkebunan. Pembukaan pertanian dan perkebunan dapat mengubah kelembaban udara atau tanah. Akibatnya tanah akan terekspos langsung dengan cahaya matahari.