Banyak yang tak menyadari pola makan yang baik dan benar di mulai dari kita berada di usia dini. Pengaruh cara makan sangat terkait dengan tradisi dari keluarga, termasuk jam makan, jenis makanan yang dikonsumsi, dan juga pola pikir makanan yang baik.
Ada banyak keluarga yang akhirnya terkena obesitas dikarenakan pola makan yang kurang baik. Belum lagi faktor - faktor lainnya. Kali ini saya diberi kesempatan bersama teman - teman dari Bloggercrony juga Kementerian Kesehatan RI untuk mengikuti webinar yang mengangkat tema " Kolaborasi Asyik Cegah Risiko Obesitas".
Webinar ini diselenggarakan via zoom meeting pada 17 Februari 2022 lalu. Banyak lembaga dan komunitas lain yang ikut kegiatan kali ini.
Saya jujur saja senang sekali mendapatkan ilmu baru seputar makan dan juga apa yang dikampanyekan. Ada dua hal yang sangat menjadi acuan yakni mencegah terjadinya stunting dan juga obesitas. Apa itu stunting? Stunting adalah kekurangan gizi.
Masalah kesehatan ini menjadi masalah besar di Indonesia, itu bukan hanya tugas pemerintah saja untuk mengingatkan masyarakat akan pentingnya pola makan yang sehat
Kebiasaan makan yang baik sangat penting diterapkan sejak dini. Seperti makanan yang beragam , sayur-sayuran, dan juga makann yang memiliki potensi gizi yang tinggi. Salah satu hal yang penting adalah dengan adanya pengaturan makan yang baik di masa kecil.
Badan kita memiliki kekebalan yang baik untuk menerima asupan lainnya saat dewasa. Dari pertumbuhan gigi, tubuh, dan juga badan yang memiliki BMI yang ideal.
Pada webinar kali ini turut hadir Melinda Mastan, S.Gz (Grant Officer – Tanoto Foundation). Beliau memaparkan soal bagaimana cara cegah stunting sebelum genting dan juga peran remaja dalam pencegahan stunting. Mengapa remaja menjadi perhatian khusus? Karena periode remaja inilah sebagai periode pembentukan perilaku atau kebiasaan dalam mendukung status gizi dan kesehatan sesame. Remaja bisa menjadi kekuatan untuk perubahan yang lebih baik dimasa mendatang
Kita sering mendengar soal anak-anak yang mengalami obesitas. Gemuk dan kegemukan jadi dua hal yang beda ya. Gemuk itu belum tentu obesitas, tapi kalau kegemukan bisa jadi obesitas. Ya kalau bayi gemuk ginuk-ginuk sih gemes ya. Tapi kalau remaja yang harusnya bisa punya tubuh yang proposional, kalau kegemukan jadinya bukan lucu tapi menghawatirkan.
Obesitas adalah kondisi ketika lemak yang menumpuk di dalam tubuh sangat banyak, akibat kalori masuk lebih banyak dibandingkan yang dibakar. Obesitas bukan sekadar kelebihan berat badan (overweight). Obesitas ditandai dengan indeks masa tubuh (IMT) 30 atau lebih, mudah berkeringat, penumpukan lemak di beberapa area tubuh, mudah lelah, dan nyeri sendi.
Usia muda ini rentan sekali mengalami obesitas karena kurangnya aktivitas fisik yang dilakukan. Apalagi kalau sudah berinteraksi dengan gawai. Mereka akan banyak menghabiskan waktu dengan bermain game atau berselancar di media sosial. Akibatnya, mereka jadi enggan melakukan aktivitas fisik atau olahraga.
Obesitas Pada Remaja
Sebuah data menunjukkan, dari rentang tahun 2007 hingga 2018, tingkat obesitas pada usia dewasa 18 tahun keatas, naik dari 10.5% menjadi 21.8% . Naiknya lebih dari 50% loh, bukan angka yang kecil. Artinya, makin ke sini makin banyak yang mengalami
Jadi bagaimana cara hidup sehat bagi tubuh nih?
Tubuh itu memerlukan banyak nutrisi. Jadi, jangan sampai diet dengan hanya konsumsi 1 jenis makanan saja. Nanti tubuh bisa protes dan malah jadi jatuh sakit. Jika disimpulkan, healthy lifestyle yang perlu dicatat adalah
- Konsumsi beranekragam makanan
- Perhatikan porsi makan
- Konsumsi sayur dan buah
- Batasi gula, garam, dan lemak
- Minum minimal 8 gelas
- Stertching dan olahraga minimal 3 kali/minggu
- Tidur cukup
Bila semuanya dilakukan rutin, tubuh akan beradaptasi dan akan menjadi lebih sehat. Dengan begitu, risiko obesitas bisa dihindari dan penyakit-penyakit yang dapat timbul akibat obesitas pun bisa diminimalisir.