Waktu kumpul bersama temen – temen Blogger Pekanbaru. Ga nyangka dapat kesempatan untuk cicipin dan kasih hadiah ke orang tersayang buat Holiday singkat di Fox Harris Pekanbaru. Juju raja sih, saya baru pertama kali mendapatkan kesempatan kayak begini haha. Biasanya temen – temen bilang Bahasa kerennya itu Staycation. Staycation adalah istilah zaman “now” bisa dibilang liburan singkat tapi ga kemana – kemana melainkan bisa saja dalam satu kota. Dikutip di kompas travel, staycation itu berasal dari kata “stay” (tetap) dan “vacation” (liburan) yang menjadi kata yang kita kenal sekarang staycation.
Muhasabah biasa lebih dikenal evaluasi dan introspeksi diri. Mungkin kita seringkali mendapati kata ini ketika mengikuti kegiatan pesantren kilat dengan momen doa renungan menyesali dosa – dosa kita.
Di dalam Hadits nabi Muhammad SAW, beliau bersabda,
“Dari Syadad bin Aus r.a, dari Rasulullah SAW, bahwa beliau berkata, “Orang yang pandai adalah yang menghisab (mengevaluasi) dirinya sendiri serta beramal untuk kehidupan sesudah kematian. Sedangkan orang yang lemah adalah yang dirinya mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap Allah SWT”. (HR. Imam Tirmidzi).
“Dari Syadad bin Aus r.a, dari Rasulullah SAW, bahwa beliau berkata, “Orang yang pandai adalah yang menghisab (mengevaluasi) dirinya sendiri serta beramal untuk kehidupan sesudah kematian. Sedangkan orang yang lemah adalah yang dirinya mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap Allah SWT”. (HR. Imam Tirmidzi).
Muhasabah, dalam arti disini ialah mengintropeksi akan diri sendiri, menghitung diri dengan amal-amal perbuatan yang pernah di masa-masa yang sudah lalu, baik yang baik dan buruk.
Manusia yang beruntung dalam Qur’an dijelaskan adalah manusia yang senantiasa memperbaiki diri dan selalu mempersiapkan dirinya untuk kehidupan yang kekal abadi kelak di akhirat.
Dalam konsep ini keberuntungan dan kesuksesan yang dimaksud ialah manusia yang selamat kelak di yaumul akhir.
Ketika kita senantiasa melaksanakan muhasabah, di setiap waktu setiap detik seorang hamba tidak akan menyia-nyiakan waktu yang telah Allah berikan dalam kehidupannya, di sisa umurnya kita sebagai seorang hamba akan berusaha dengan sebaik-baiknya memanfaatkan waktu kita untuk melakukan hal – hal baik demi meraih keridhaan dan tujuan hanya karena Allah SWT.
Juga di dalam kegiatan sehari - sehari, bila kita menjadi seseorang yang senantiasa bermuhasabah, kita akan senantiasa memperbaiki akhlak untuk bisa hidup sebagai manusia yang sebaik-baiknya dan dicintai Allah SWT dan kita akan bisa hidup dengan damai dan tentram.
Apa yang kita dapatkan ketika bermuhasabah ?
Terdapat beberapa manfaat yang kita dapat dari bermuhasabah beserta keutamaan yang akan di dapatkan oleh orang beriman yang senantiasa bermuhasabah, yaitu :
• Dengan senantiasa bermusahah diri, makan setiap muslim akan bisa mengetahui akan kelemahan serta sadar akan aib dari dirinya sendiri, baik itu dalam hal amalan ibadah, maupun aktivitas lain dalam kehidupan duniawi. Sehingga, dengan begitu ia akan tahu apa yang harus ia lakukan untuk memperbaiki diri dan berbuat baik. Jadi kita ga akan ada waktu untuk mengoreksi orang lain, mencari kesalahan orang lain dan bersikap ikut campur dengan kehidupan orang lain.
• Dalam hal batin kita, kita akan lebih menyadari akan hak dan kewajiban sebagai seorang hamba Allah SWT, serta sebagai seorang hamba kita akan lebih memahami hakikat dari ibadah yang sebenarnya, bahwasannya segala apa-apa yang dilakukan, segala perbuatan serta amal-amal ibadah semata-semata hanya karena Allah Ta’ala, semoga senantiasa kita smeua mendapati rahmat dan cinta kasih-Nya dan Allah mengampuni segala dosa-dosa yang ada didalam diri kita.
• Kita akan menjadi seseorang akan lebih mengetahui segala sesuatu yang dimana itu baik atau buruk, sesuatu hal yang benar atau batil entah itu baik atau besar maupun sekecil apapun dari keduanya itu. Kita akan menjadi seseorang akan sadar bahwasannya segala apa-apa yang kita lakukan akan kita pertanggung jawabkan dihadapan Allah SWT di akhirat nanti. Inilah salah satu hikmah dari apabila kita menjadi seorang hamba yang senantiasa bermuhasabah diri dan introspeksi diri.
• Seseorang yang di dalam dirinya senantiasa bermuhasabah akan takut akan kemaksiatan dan keburukan, ia sadar bahwa setiap tingkah perbuatan setap saat setiap waktu senantiasa di awasi oleh Allah SWT. Serta didalamnya, kita sadar bahwa kedamaian ialah berbuat kebaikan dan amal sholeh untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Sehingga seorang hamba yang senantiasa bermuhasabah akan sangat membenci hawa nafsu dan senantiasa mewaspadainya.
Menjadi sosok yang sangat rajin bermuhasabah, akan menjadikan diri kita selalu uptodate.
Selalu menaikkan kualitas dan kapasitas diri. Berwawasan dan tentunya kita bisa manusia yang lebih dewasa dan bijaksana dalam menjalani masalah kedepannya.
Semoga kita menjadi sosok yang selalu ingat untuk mengevaluasi diri.
Sharing ini dimulai ketika banyak teman – teman sekeliling masih down dan memandang rendah dan negatif dirinya. Lebih mengenal hal itu ketimbang kelebihan yang dimiliki. Sedih rasanya. Tapi memang diakui membangun kepercayaan diri butuh waktu dan juga effort. Bagi orang tua dimulai dengan mengajari anak sedari dini untuk mengenal sikap – sikap baik dan berani menunjukkannya. Memuji karyanya dan membangun rasa bangga pada diri. Bagi kita yang kian hari mungkin terkikis. Bisa dimulai dengan mengumpulkan banyak alasan kelebihan yang dimiliki ketimbang negatif yang ada dalam diri.
Dalam surat Al-Hijr ayat 55, Allah berfirman: Artinya:
Mereka menjawab: “Kami menyampaikan kabar gembira kepadamu dengan benar, Maka janganlah kamu termasuk orang-orang yang berputus asa”.
Dalam ayat ini Allah terang menjelaskan, janganlah kita mudah menyerah dalam apapun termasuk dalam membangun kepercayaan diri.
Ada beberapa hal menurut saya yang hal sederhana untuk mulai meningkatkan kepercayaan diri ;
1. Gali Kelebihan Diri
Ini penting seperti yang saya sampaikan tadi bahwa kepercayaan diri itu adalah inti dari percaya pada kemampuan diri dimulai dengan menggali kelebihan diri walau yang terkecil. Misal, kita bisa memasak, bisa bangun pagi, bisa menjadi pendengar yang baik. Coba kita list banyak kelebihan kita dan niatnya untuk bisa membangun kepercayaan diri ya, bukan riya hehe.
2. Bertanya pada orang lain tentang kelebihan diri
Kadang objektifitas kita untuk mengenal diri memang seringkali tidak begitu peka ketimbang dengan pandangan orang lain terhadap diri kita. Jadi coba Tanya orang terdekat kita, sahabat, orang tua, teman, partner untuk sharing mengenal pribadi diri dan pandangan mereka terhadap diri kita. Bisa juga bisa menjadi sarana introspeksi diri untuk memperbaiki hal yang kurang maksimal di diri kita.
3. Mencoba Hal Baru Di depan Publik
Nah, kebanyakan kita itu tidak mau mencoba. Inti dari memecah kegugupan menjadi berani adalah mau mencoba untuk melawan tantangan kegugupan tadi. Mungkin dimulai jadi MC kegiatan dan event kecil. Aktif dalam forum dan berkegiatan untuk mengutarakan pendapat. Latih terus. Lama – lama akan terbangun kepercayaan diri untuk bisa berani berbicara terutama.
4. Jangan Membandingkan Diri
Setiap orang pasti punya kelebihan masing – masing bukan. Ketika kita membandingkan diri dengan orang – orang hebat terutama dalam kepercayaan dirinya. Misalnya Sarah Sechan, Choky Sitohang dan MC lainnya. Sama halnya membuat jurang pemisah diri kita untuk semakin minder bukan percaya diri. Percayalah, setiap orang yang hebat sekarang dimulai dari proses sederhana dulu yang senantiasa dilatih setiap waktu dan konsisten.
5. Banyak Membaca dan Diskusi
Perbanyak menyerap bacaan, dan rajin berdiskusi membuat kepekaan kita akan sekitar akan meningkatan. Kita juga bisa meningkatkan jiwa kritis kita untuk bisa menjadi yang tampil beda untuk menemukan sudut pandang baru. Diskusi yang berisi, yang berisi orang – orang positif kelak memancing rasa keingintahuan kita. Nah ini yang perlu kita lestarikan.
6. Mempersiapkan Diri
Ini penting, ketika kita akan tampil ataupun kita mengikuti forum. Kita bisa mempersiapkan diri agar lancar terutama bagi kita yang pemula. Saya jujur percaya pada kaidah 10.000 hours. Semakin sering terlatih, lambat laun durasi mempersiapkan diri akan berkurang dengan sendirinya. Bahkan kita kelak akan terbiasa tampil dadakan dan tetap baik. Jadi latih terus dan jangan takut salah.
7. Teknik “Jika-Maka”
Teknik “Jika-Maka” ini sederhana, namun hasilnya sangat efektif. Mengapa? Karena Anda mempersiapkan sesuatu bila situasi dan kondisi tidak sesuai yang Anda harapkan, sebaik apa pun Anda melakukan persiapan. Misalnya, Saya tidak gugup kalau melakukan ini, Jika saya terbatah – batah maka saya akan melontarkan kata ini. Saya sendiri diawal – awal baru melatih untuk bisa percaya diri ketika tampil saya selalu minum susu coklat sebagai peredam kegugupan saya. Walaupun itu hanya sebuah sugesti yang saya buat sendiri. Tapi di awal sangat dan benar – benar bekerja. Namun, lambat laun saya sendiri tidak selalu membutuhkannya lagi.
8. Jangan Takut Salah
Jangan takut salah paling penting. Karena biasanya ini yang jadi penghalang kita untuk percaya diri. Takut dihakimi takut dijadikan bahan tertawaan. Padahal ketika kita kedepan, ada survey yang membuktikan bahwa orang yang jadi audience mengharapkan pembicara didepan melakukan presentasi atau juga berbicara dengan lancar. Tidak ada yang berniat di awal untuk memberikan pandangan negative terhadap pembicara kedepan. Jadi untuk apa kita takut salah, walau pada kenyataannya dibuktikan mereka selalu berpikir baik kepada siapapun yang berbicara.
Mungkin ini sedikit banyak sharing saya dapatkan terutama beberapa prinsip percaya diri yang saya pegang untuk membangun kepercayaan diri. Semoga bermanfaat ya teman – teman.
Tulisan ini terinspirasi pada kebanyakan kita yang habis waktunya mengomentari karya orang lain. Bahkan pedihnya menghakimi apa yang dilakukan. Kadang juga menemukan banyak yang “menyinyir” terhadap bentuk kata – kata baik yang dilontarkan. “Emang lu dah bikin apa?” Emang lu udah menghasilkan apa?
Pedihnya lagi kita suka menghakimi mimpi orang lain. Apalagi mimpi yang besar kadang kala ga mampu di akal pikiran kita. Kita sekarang dengan mudahnya melakukan “hate speech” membully orang lain di media social dengan gampangnya. Melontarkan cacian, makian, dan kata – kata menyakiti. Padahal Rasul kita melarang keras hal itu.
Ada beberapa wasiat yang disampaikan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada Abu Jurayy Jabir bin Sulaim. Wasiat yang pertama kita ulas adalah jangan sampai menghina dan meremehkan orang lain. Boleh jadi yang diremehkan lebih mulia dari kita di sisi Allah.
Abu Jurayy Jabir bin Sulaim, ia berkata, “Aku melihat seorang laki-laki yang perkataannya ditaati orang. Setiap kali ia berkata, pasti diikuti oleh mereka. Aku bertanya, “Siapakah orang ini?” Mereka menjawab, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.” Aku berkata, “‘Alaikas salaam (bagimu keselamatan), wahai Rasulullah (ia mengulangnya dua kali).” Beliau lalu berkata, “Janganlah engkau mengucapkan ‘alaikas salaam (bagimu keselamatan) karena salam seperti itu adalah penghormatan kepada orang mati. Yang baik diucapkan adalah assalamu ‘alaik (semoga keselamatan bagimu.”
Abu Jurayy bertanya, “Apakah engkau adalah utusan Allah?” Beliau menjawab, “Aku adalah utusan Allah yang apabila engkau ditimpa malapetaka, lalu engkau berdoa kepada Allah, maka Dia akan menghilangkan kesulitan darimu. Apabila engkau ditimpa kekeringan selama satu tahun, lantas engkau berdoa kepada Allah, maka Dia akan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan untukmu. Dan apabila engkau berada di suatu tempat yang gersang lalu untamu hilang, kemudian engkau berdoa kepada Allah, maka Dia akan mengembalikan unta tersebut untukmu.”
Abu Jurayy berkata lagi kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Berilah wasiat kepadaku.”
Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam pun memberi wasiat,
“Janganlah engkau menghina seorang pun.” Abu Jurayy berkata, “Aku pun tidak pernah menghina seorang pun setelah itu, baik kepada orang yang merdeka, seorang budak, seekor unta, maupun seekor domba.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melanjutkan sabdanya,
“Janganlah meremehkan kebaikan sedikit pun walau dengan berbicara kepada saudaramu dengan wajah yang tersenyum kepadanya. Amalan tersebut adalah bagian dari kebajikan.
Sebelumnya saya mencoba menuliskan perkara belajar berlisan yang seringkali kita lupa menjaganya. Saya pernah mendapati postingan. Bahwa kebanyakan kita suka mengatakan “ Jangan baper” “Sensitif banget sih kamu” sebagai pembenaran kata – kata menyakiti dan kata – kata hinaan. Saya pribadi belajar sekali bagaimana caranya agar tidak terbawa arus emosional ketika menuliskan text dan kata – kata baik lisan dan tulisan. Karena sekarang arus informasi makin deras interpretasi kita makin banyak dan kompleks akan sebuah kata dan makna.
Makanya manajemen diri untuk bisa menjaga yang mana kita harus speak up dan yang mana benar – benar kita abaikan harus kita jaga banget. Stay Silent. Kuncinya. Banyak dari kita akhirnya kehilangan karir, kehilangan teman dan sebagainya karena lisan yang bermasalah. Termasuk saya yang mengalaminya. Harus banyak belajar, harus banyak berbenah. Harus bisa memilih dan bisa produktif untuk hal positif.
Stay Positive. Disini tulisan yang menasehati diri saya juga dan bisa juga mengingatkan kita semua untuk focus pada produktivitas diri ketimbang mengomentari orang lain yang tak perlu. Menghabisi waktu untuk menilai orang lain tapi lupa memberi penilaian pada diri dan memperbaikinya.
Semoga renungan ini bisa jadi pegangan kita semua ?
Semoga renungan ini bisa jadi pegangan kita semua ?
Jujur ini menghardik saya, mungkin ada teman – teman yang menyadari bahwa jurnal kali ini terlambat tapi tetap saya usahakan mengejar ketertinggalan post beberapa hari ini. Yaps waktu, saya sendiri masih sering tak bisa menghandle waktu. Kadang saking sibuknya, istirahat terabaikan. Kadang kala saking tak bergairahnya waktu terbuang sia – sia.
Memanajemen waktu itu butuh pendidikan dan juga keterampilan yang banyak agar bisa produktif dan maksimal. Hadiahnya ketika berhasil memanage waktu dengan baik adalah kepuasaan diri sendiri menyelesaikan sesuatu sesuai deadline, karya yang professional, dan juga tentunya cita dan visi kita tadi sampai tepat waktu.
Tulisan ini lagi – lagi murni mengajari diri saya sendiri bahwa saya harus benar – benar belajar memanajemen waktu dengan baik. Apalagi di bulan Ramadhan, seharusnya waktu beribadah tak mungkin ter-lalaikan dengan kepentingan duniawi. (Sebuah tamparan keras untuk diri sendiri).
Ada dua nikmat yang kebanyakan manusia terlena darinya; yaitu kesehatan dan waktu luang (HR. Al-Bukhari)
Hadits di atas benar – benar menggambarkan diri kita manusia yang sering lupa bersyukur. Apalagi saya ketika sakit selalu mengeluh sendiri, kalau sehat saya bisa gini dan gitu. Giliran sehat lupa deh semua rencana baik tadi. Salah satu caranya bersyukur dengan sehat adalah menggunakan kesehatan kita sebaik – baiknya untuk dimanfaatkan dengan baik. Ya gak yaa ?
Kemudian waktu luang, ga jarang kita sering mensia – siakan waktu luang. Saya belakangan mendapatkan formula kalau misalnya saya tidak sedikitpun menyisihkan waktu luang (untuk istirahat misalnya). Alhasil pekerjaan saya lebih produktif, list deadline terselesaikan. Ketimbang saya kemudian menyadari ada waktu luang ternyata, waktu luang tergoda diisi hal yang sangat jauh dari produktifitas. Misalnya ya browsing, game, dan lain – lain. Hal terjadi tertumpuknya pekerjaan dan stress yang meningkat.
Jadi ide – ide datang ketika kita sedang bekerja dengan biasa, ketika diri sedang bergerak. Jadi jangan diam aja yaa. Jika mungkin ada masa nya kita stuck, lakukan sesuatu yang bermanfaat. Ini juga jadi catatan saya juga. Ada yang tahu Surah ini ?
1. Demi waktu,
2. Sesungguhnya manusia dalam keadaan merugi.
3. Kecuali orang-orang yang beriman dan berbuat kebaikan, dan saling menasihati untuk kebenaran, dan saling menasihati untuk kesabaran.
Iya, ini Surah Al-Ashr yang benar- benar menasehati kita terutama kita yang mengaku beriman kepada Allah untuk bisa mengatur waktu dengan baik. Karena jika kita lalai, Allah menyebutkan bahwa kita tergolong orang – orang yang merugi.
Jadi sejauh apa kita memanfaatkan waktu kita dengan baik ?
Seperti kita tahu Ramadhan jadi bulan training jadi sosok yang benar – benar baik. Jika ga ada beda rasanya ga ada faedahnya kita dipertemukan dengan bulan istimewa ini. Saya pun sangat terpukul dengan kata – kata ini. Apakah Ramadhan kali ini begitu sama dengan yang sebelumnya.
Apakah tidak ada perubahan sama sekali ?
Apa segitu saja perjuangan kita. Sebuah pertanyaan yang sangat dalam pada diri sendiri. Setelah saya telusuri. Banyak petuah yang bertebaran agar kita punya cita – cita menjadi sosok yang lebih matang, tenang setelah Ramadhan kali ini.
Ada beberapa nasehat untuk diri saya pribadi yang saya temukan untuk menambah semangat dan berubah ke arah lebih baik diantaranya ;
1. Cita – Cita dan Visi Jelas dan Kuat
Jika ingin merubah diri, pertama tentunya kita harus punya tekad yang kuat. Sebab segala hal itu bisa terjadi karena adanya kemauan. Bila tak ada kemauan maka semua keinginan hanya menjadi fatamorgana. Oleh sebab itu, awali perubahan dengan sebuah tekad sekuat baja. Yakinkan diri Kita bisa mengatasi segala rintangan. Jangan menyerah dan percayalah bahwa kasih sayang Allah kepada hambaNya itu sangat luas. Apabila Kita memiliki niat baik dengan tujuan mencari ridha Allah Azza wa Jalla, maka jalan Kita juga akan dipermudah.
“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, Kami akan Tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sungguh, Allah bersama orang-orang yang berbuat baik.” (QS.Al-Ankabut: 69)
2. Berusaha Perbaiki Niat
Tak sekedar kejelasan visi dan cita cita yang kuat. Kita juga harus memperbaiki niat. Seperti yang pernah saya tulis sebelumnya. Perubahan yang kita inginkan sebaiknya memiliki niatan baik. Tujuannya harus karena Allah Ta’ala. Sebab segala hal yang diawali dengan niat ikhlas lillahi ta’ala maka insyaAllah hasilnya akan baik. Sebaliknya jika niat Kita dikarenakan manusia, maka kita siap siap menerima jika itu hanya berlangsung sementara. Saat Kita dikecewakan maka diri Kita akan hancur kembali. Oleh karena itu, hindari berharap berlebihan kepada manusia. Ingat, tak ada tempat berskitar kecuali Sang Maha Esa, Allah Azza wa Jalla.
Dalam hadist dijelaskan: “Ingatlah bahwa di dalam jasad terdapat segumpal daging. Jika baik, maka baiklah seluruh jasad. Jika rusak, maka rusaklah seluruh jasad. Ketahuilah, bahwa (segumpal daging) itu adalah hati. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
3. Kerja Keras
Tak sekedar kejelasan visi dan cita cita yang kuat. Kita juga harus memperbaiki niat. Seperti yang pernah saya tulis sebelumnya. Perubahan yang kita inginkan sebaiknya memiliki niatan baik. Tujuannya harus karena Allah Ta’ala. Sebab segala hal yang diawali dengan niat ikhlas lillahi ta’ala maka insyaAllah hasilnya akan baik. Sebaliknya jika niat Kita dikarenakan manusia, maka kita siap siap menerima jika itu hanya berlangsung sementara. Saat Kita dikecewakan maka diri Kita akan hancur kembali. Oleh karena itu, hindari berharap berlebihan kepada manusia. Ingat, tak ada tempat berskitar kecuali Sang Maha Esa, Allah Azza wa Jalla.
Dalam hadist dijelaskan: “Ingatlah bahwa di dalam jasad terdapat segumpal daging. Jika baik, maka baiklah seluruh jasad. Jika rusak, maka rusaklah seluruh jasad. Ketahuilah, bahwa (segumpal daging) itu adalah hati. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
3. Kerja Keras
Untuk mewujudkan segala hal tentunya diperlukan kerja keras. Kita ingin kaya maka harus bekerja keras. Kita ingin memperbaiki iman maka harus memperdalam ilmu agama. Kita ingin berhenti merokok maka harus menghindarinya. Intinya perlu usaha! Harus ada action bukan sekedar wacana.
4. Jangan Bermalas-Malasan
Sebuah penyakit yang sering kali kita terjangkiti olehnya. Jika kita menghabiskan hidup hanya untuk bermalas-malasan maka Kita tidak akan mendapatkan apapun. Malas itu temannya syaitan. Malas juga membuang-buang waktu tanpa arti. Kita hanya akan mendapatkan kenikmatan sesaat, setelah itu barulah Kita menyesal. Sebab itu, jangan sampai terbuai oleh rasa malas. Lawan kemalasan, dan berusahalah menjadi pribadi yang bekerja keras.
5. Ibadah Nomor Satu
Ini adalah poin penting jika kita ingin berubah menjadi pribadi yang lebih baik. Kita harus memperbanyak ibadah. Jangan sampai urusan duniawi melalaikan Kita dari mengingat Allah Ta’ala. Jika ibadah Kita berantakan, efeknya sampai kapanpun Kita tidak akan pernah menemukan kedamaian hidup. Beribadah secara khusyu’ dapat menjadi cara meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah SWT . Saya ingat istilah saya sama teman, ketika terlalu over mengkhawatirkan perkara duniawi, kita langsung istighfar dan bilang. Sudah ingat ini hanya duniawi.
6. Berburu Motivasi
Biasanya sesuatu yang dilakukan terus-menerus tanpa henti bisa menimbulkan kejenuhan. Maka itu, Kita perlu motivasi. Sebuah motivasi dapat membangkitkan semangat dalam diri. Sehingga Kita bisa bekerja lebih rajin untuk merubah keadaan menjadi lebih baik. Ya kita perlu cas untuk menambah semangat, bisa membaca buku, menghadiri seminar pengugah semangat.
Untuk memperoleh motivasi, Kita bisa mengikuti seminar, membaca buku, Al-Quran, menonton video di Youtube, atau mengikuti perkumpulan tertentu yang punya visi dan misi serupa.
7. Konsisten dan Istiqomah
Ini yang sangat berat di jaman kita sekarang. Ketika Kita sedang dalam perjalanan untuk merubah diri menjadi pribadi lebih baik, biasanya ada banyak godaan yang datang. Untuk melawannya diperlukan keistiqomahan atau dikenal juga sebagai komitmen. Yakni menguatkan kemantapan hati.
Untuk menjaga istiqomah memang tidaklah mudah. Sebaiknya perbanyak berdzikir dan mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala, sebab Dialah dzat yang membolak-balikan hati. Jadi mintalah kekuatan kepadaNya.
8. Optimis dan Berpikir Positif
Optimis berarti berprasangka baik kepada Allah Ta’ala. Percayalah bahwa apa yang Kita usahakan tidak akan sia-sia. Walaupun itu tampak sulit dan mustahil, jika Kita optimis maka insyaAllah impian Kita bisa terwujud. Memang tidak ada perjuangan yang mudah. Namun seseorang yang optimis maka dia bisa menyikapi proses yang sulit menjadi sesuatu untuk dinikmati.
Sebaliknya, bagi orang-orang yang pesimis, biasanya mereka mudah gagal. Mereka tidak percaya sama Allah T’ala, tidak percaya dengan kemampuan dirinya sendiri. Dengan demikian hidupnya juga akan sulit berkembang.
Kutipan diatas adalah nasehat untuk kita semua dan teguran saya pribadi. Untuk makin semangat memperbaiki diri.
Semoga bermanfaat!
Di era banjir informasi saat ini. Kita mudah sekali menghakimi seseorang. Kita mudah sekali mengklaim sebuah kebenaran dan kabar kabar yang ada di berbagai platform. Sayangnya saking cepat nya dan banjirnya informasi, tak jarang kita kelimpungan dan bias memahami informasi yang datang pada kita. Bila tak pintar - pintar kita bisa menjadi perantara berita hoax tersebut kemudian up ke permukaan diklaim banyak orang kebenarannya. Lalu kemudian jadilah kita pembawa berita bohong. Tentunya mau gam au kita juga nanam dosa viral di dalam nya kebayang dosa kita yang bertumpuk. Hanya karena keteledoran kita memahami sebuah kabar.
Kita sekarang sulit membedakaan apa itu yang namanya tabbayun (konfirmasi) atau juga menuduh (judge) menghakimi itu. Tabayyun (Konfirmasi ) adalah cara untuk mengungkap kebenaran secara objektif dan bijak tanpa dipengaruhi oleh pihak lain yang menghasut. Tabayyun hanya dapat dilakukan oleh mereka yang memiliki kecerdasan yang cukup, juga memiliki pengetahuan yang cukup pula . Sehingga dengan ada kebanjiran informasi ini mau tak mau kita harus ekstra teliti, mau berlelah – lelah mencari tahu kebenarannya dengan menambah khazanah keilmuan yang lebih banyak.
Menuduh ialah langsung meng-hakim-i dan mem-vonis dengan berbagai macam kecurigaan dan pendapat pikirannya secara subjektif, tanpa mau mendengar dan mempertimbangkannya secara objektif, karena dipengaruhi kebencian pribadi, atau karena pikirannya sudah dipenuhi oleh hasutan. Ini terjadi karena kekurangan informasi, dan juga belum terbukanya pemikiran. Seringkali terdapat unsur emosional sehingga objektifitas tadi hilang.
Allah berfirman dalam surah Al Hujurat ayat 6 yang artinya ;
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”
Dalam QS Al Isra ayat 36 Allah berfirman;
“Janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak ketahui. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggungjawabannya.”
Sungguh berat terhindar dari dosa di jaman sekarang terutama bijak mendapatkan isu – isu. Kita seharusnya bisa jadi sosok yang bisa menahan diri dalam apapun. Terutama berkomentar, memberikan pandangan instan tanpa lihat dulu dan crosscheck dulu.
Jaman sekarang mudah sekali orang – orang mengkategorisasikan, mengeneralisasikan, sampai menjurus menghakimi karena banjirnya informasi yang ada. Belum lagi tuntutan kecepatan informasi, seringkali mengurangi keakuratan kebenaran informasi itu sendiri. Itu menjadi pekerjaan besar bagi kita semua untuk memberantas berita bohong tersebut. Setelah saya telusuri ayat tentang tabbayun cukup banyak dijelaskan di Al-Quran. Itu menandakan pentingnya sebuah informasi yang benar. Bahkan tafsir Al-Quran mengenai tabbayun ini menurut saya sangat erat kaitannya dalam kaidah jurnalistik yang saya pelajari di kampus.
Ada tips menurut saya di era sekarang yang mudah untuk mengkonfirmasi berita yang mungkin terpapar di sosial media.
1. Cek narasumbernya terutama medianya,
Ini penting, banyak media bodong yang sekarang nyamar. Berbekal website dengan domain murah sudah bisa membuat berita-berita kontroversial dan click bait tanpa izin menulis berita semena – mena hanya demi mendapatkan viewers. Jadi pastikan media yang kamu dapatkan adalah media mainstream yang cukup diakui kredibilitasnnya. Walaupun juga media sekarang hampir semua terdapat oknum penyebar berita hoax.
2. Baca beritanya dengan lengkap
Kebanyakan kita cuma baca berita di judulnya saja, tanpa tahu isinya ternyata sangat bertolak belakang dengan judul yang disajikan. Judul ini sering dibuat seolah – olah heboh dan kontroversial demi mendapatkan pembaca. Jadi baca lengkap dulu ya teman - teman.
3. Cek gambar dan link yang disediakan terlebih dahulu
Hal yang berbahaya ketika ada berita viral masuk ke media messenger pribadi berupa gambar dan link hidup terkadang gatal rasanya kalau ga kita bagikan segera. Pastikan dulu websitenya, kadang ada berita – berita ataupun promo yang tidak masuk akal. Jangan buru – buru klik. Jaman sekarang dengan mudahnya orang mencuri data kita hanya dengan konfirmasi setuju tak sengaja atau mengklik sesuatu.
4. Jangan panik dan buru – buru membagikan informasi
Ini penting juga, lakukan konfirmasi dulu dan step by step diatas. Selain itu juga jangan menerima informasi dari satu sumber saja, coba bandingkan antara media satu dan yang lainnya dengan pembahasan yang sama. Ini bisa jadi bahan wawasan kita untuk bisa melihat objektifitas kita dan kebenarannya.
Semoga bisa menjadi ilmu bagi saya yang baru dan teman - teman
InsyaAllah
Hal yang tersulit di Ramadhan kebanyakan kita adalah sikap mubazir. Ga jauh – jauh Ramadhan, dihari biasa kita sering melakukan ini termasuk saya. Ga sadar kita lalai, ga sadar terlihat ga apa – apa. Ternyata termasuk dosa yang kemudian merembet ke dosa lainnya. Mubazir identik dengan pemborosan uang dijalan yang sia – sia. Tapi kalau saya pribadi, mubazir itu maknanya banyak dijaman sekarang. Termasuk mengambur-ngamburkan waktu dengan hal kurang bermanfaat.
Bisa juga melebih – lebihkah sesuatu, Allah berfirman :
“Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian. ” (QS. Al Furqan: 67).
(Tafsir Al Karimir Rohman, 456)
Sikap mubazir masa kini memang sulit kita pilah pilih. Karena banyak ragam macam bentuk yang dipoles dan secara ga sadar kita melakukan tindakan mubazir tadi. Misalnya, kita makan selalu bersisa apalagi sekarang ketika kita berbuka bersama kita suka menyisakan makan makanan.
Dan berikanlah pada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang ada dalam perjalanan, dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) dengan boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudaranya setan, dan sesungguhnya setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya" (Q.S.Al Isra : 26 - 27).
Saya pribadi berusaha untuk tidak menyisakan makanan, mengambil seperlunya ketika misalnya ada makanan yang tersaji walaupun memang kadang kala sesekali masih melakukan. Hal yang menjadi pengingat adalah ketika dulu pernah kesulitan untuk makan. Kalau sekarang juga gadget juga mendukung kita buat bikin sikap mubazir. Misalnya yang menghabiskan sepenuhnya dengan gadget hingga melupakan banyak kewajiban lain. Sebenarnya banyak peluang kita untuk tidak produktif dan melakukan mubazir. Lagi – lagi yang menjadi alarm kita untuk tetap produktif adalah visi kita, dan rencana – rencana baik kita agar terhindar dari waktu – waktu yang kemudian kita sia – siakan untuk hal yang kurang bermanfaat.
Semoga kita bisa memanfaatkan Ramadhan kali ini dengan baik, sehingga terhindar dari sikap – sikap mubazir.
InsyaAllah.
Belakangan ini, godaan untuk surut menulis 30 hari mulai datang. Saya terlupa. Benar-benar saya merasa bersalah. Saya lupa mensettings penjadwalan draft yang sudah saya buat dan rapikan untuk jurnal ini. Mengingat aktivitas diluar makin banyak menjelang akhir bulan. Lagi lagi saya berusaha akan berjuang untuk challenge saya sendiri untuk bisa menasehati diri saya pribadi tiap hari di Bulan Ramadhan. Bisa juga merangkum catatan nasehat orang – orang yang saya terima.
Ini catatan kemarin yang belum sempat saya bahas. Bab mengenai rejeki, dulu di blog ini saya pernah membahas mengenai rejeki. Rejeki yang selalu kita khawatirkan. Kehidupan yang selalu bikin kita waswas. Kekhawatiran ekonomi lebih tinggi ketimbang kekhawatiran iman yang hilang. Rasa syukur yang habis karena takut ga bisa hidup layak sesuai ekspetasi. Saya mengingat masa itu, masa dimana berpindah dari Jakarta 1998 ketika krisis ekonomi. Usia kala itu masih 4 - 5 tahun, tapi entah kenapa memori itu membekas. Memori saya yang kemudian kesulitan menyesuaikan diri hidup dari 0 lagi di Pekanbaru. Saya masih teringat wajah ayahanda dan ibunda yang cemas, saya masih ingat kenangan yang hanya ditemani tape dan radio sebagai hiburan ketika tetangga lain memiliki tv elektronik. Bagi saya itu ingatan yang precious untuk jadi cambuk bagi saya, bahwa keluarga saya pernah sesulit itu memulai hal baru di Pekanbaru.
Jadi kadang flashback, kalau mau ngeluh sama hal yang terjadi sekarang. Ga pantes rasanya kalau dulu pernah dan bisa melewati masa sesulit itu. Jadi paham rejeki itu juga bagian ujian yang berat dari Allah dan akan selalu dibuat kita ngelewatinnya, diingetin kadang caranya kurang menyenangkan. Dikasih kekurangan dan kehilangan supaya kita sadar kalau harta yang kita miliki cuma titipan, bukan miliki kita. Bahkan jiwa raga kita bukan punya kita. Jadi pantaskah kita masih menuntut.
Rejeki adalah perjuangan penuh nilai. Seperti apa kita menjemput, seperti apa yang kita menggunakan, seperti apa kita memanfaatkan, semuanya dinilai dan diuji. Jadi kalau potennya jelek (nilai) kadang kala dibalas Allah langsung ke dunia dengan hal kurang menyenangkan, tapi dibersihkan dari dosa karena salah menggunakan rejeki titipan itu. Bisa juga dicicil dosanya buat jadi tabungan di neraka. Hmm berasa serem kalau ingat ini.
Ibnul Qayyim berkata,
“Fokuskanlah pikiranmu untuk memikirkan apapun yang diperintahkan Allah kepadamu. Jangan menyibukkannya dengan rezeki yang sudah dijamin untukmu. Karena rezeki dan ajal adalah dua hal yang sudah dijamin, selama masih ada sisa ajal, rezeki pasti datang. Jika Allah -dengan hikmahNya- berkehendak menutup salah satu jalan rezekimu, Dia pasti –dengan rahmatNya- membukan jalan lain yang lebih bermanfaat bagimu.
Meskipun rejeki sudah dijamin oleh Allah. Sebagai seorang hamba kita tetap memperjuangkan rejeki yang halal lagi berkah agar bermanfaat. Fokuslah memperkaya diri dengan nilai baik yang tertanam pada diri, baik skill, pengetahuan, dan karakter serta akhlak yang baik. Karena rejeki ga melulu soal harta tapi juga kesehatan, lingkungan yang baik, kelancaran sesuatu pencapaian dan kemudahan lainnya.
Allah berfirman pada Surat Al-Baqarah Ayat 254 yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah (di jalan Allah) sebagian dari rezeki yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang hari yang pada hari itu tidak ada lagi jual beli dan tidak ada lagi syafa’at. Dan orang-orang kafir itulah orang-orang yang zalim“
Setelah kita menghasilkan dan bernilai dengan rejeki yang baik. Jangan lupa kalau harta kita ada hak orang lain yang musti ditunaikan.
Semoga cerita mengenai rejeki bisa menjadi renungan saya dan kita semua.
Tulisan ini saya curi – curi inspirasi dari diskusi cukup panjang dan juga ingatan nasihat Alm Ayah dulu kepada saya sebagai anak perempuan. Banyak kita lihat fenomena mempercantik diri, tutorial makeup, dan mempoles lebih menarik dan terawat. Salah tidak ? Tidak salah kok. Tapi apalah saya disini yang berani – berani bilang salah benar.
Tapi hal yang perlu catatan menurut saya, ketika kegiatan tersebut sudah melebihi batas, sudah mengindahkan hadits dan perintah Allah terutama mengubah ciptaannya. Kadang kebanyak kita khilaf menghabiskan waktu dan juga berkutat untuk mempercantik dan memoles diri secara fisik lebih baik di depan orang lain. Terutama pancingan trend saat ini, kosmetik impor, tutorial menarik, style ini dan itu. Masih banyak pernak Pernik yang sebagian besar disukai perempuan. Bahkan laki – laki tak kalah ketinggalan necisnya. Berasa ceramah ya hehe.
Padahal itu kutipan ceramah orang lain yang kemudian menyeramahi saya via diskusi. Sama konteksnya dengan ayahanda bilang dulu, “Percantiklah kualitasmu dengan skill, banyak lah belajar menjadi sosok yang serba bisa agar bisa bantu orang lain” Sedangkan simpulan diskusi saat itu “Coba ubah konteks mempercantik diri dengan fisik, kebanyakan kita lupa untuk memoles hati dan sikap yang lebih baik. Banyak belajar, banyak ibadah, banyak berbuat bermanfaat, yaa kebanyakan kita lupa,”
Jleb rasanya mendengar kala itu, saya pun izin untuk mengambil nasihat beliau agar tertuliskan disini. Terutama pengingat saya dan bisa jadi teman – teman semua. Untuk bisa menjadi yang seimbang, dan dijauhkan dari niat – niat untuk bertabaruj tidak pada tempatnya, selain untuk merawat diri sebagai rasa syukur atas ciptaan Allah.
Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada bentuk rupa dan harta kalian, tapi ia melihat hati dan amal kalian” (HR.Muslim, Ahmad dan Ibnu Majah)
Semoga menjadi pengingat bagi diri saya.
Tulisan ini terinspirasi ditengah hiruk pikuk teriakan para penyedia angkot dan hiruk pikuk penjual yang menjual barang di Jalan. Waktu itu saya sedang berada di bengkel yang bisa dibilang terletak di jalan besar yang ramai dan mudah menemukan banyak aktivitas. Di sela – sela menunggu saya melihat mereka, melihat cucuran keringat mereka. Juga aksi mereka yang lari – lari, atau berteriak menawarkan penumpang. Sesekali terlihat raut mereka yang begitu gigih, menikmati ditengah panas Pekanbaru yang luarbiasa. Tanpa topi dan penutup apa – apa. Tak terbayang bagi saya bagaimana mereka terbiasa dengan hal itu.
Sambil menunggu memperbaiki kendaraan kala itu cukup ramai. Saya kemudian merefleksikan diri atas apa yang mereka lakukan dan kita jalani. Rasanya tak sebanding, rasanya kurang bersyukur, rasanya tidak tahu diri. Saya menghakimi diri saya berkali – kali ketika duduk. Ketika saya sesekali masih mengeluh, bahkan bukan sesekali tapi seringkali. Memang, setiap kita memiliki garis juangnya masing – masing. Ketika kita memahami bagaimana perbedaan itu bekerja dalam bekerja keras. Syukur seharusnya lebih banyak dan menjadi penyemangat untuk dibalas dengan hal yang lebih baik. Sesuatu yang pernah saya tulis di sini.
“Barangsiapa yang di waktu sore merasa capek (lelah) lantaran pekerjaan kedua tangannya (mencari nafkah) maka di saat itu diampuni dosa baginya.” (HR. Thabrani)
Jadi apapun lelah kita, apabila ikhlas dan penuh semangat. InsyaAllah akan senantiasa berbuah surga dan dihapuskan dosa kita. Ada sebuah hadits juga yang menganjurkan kita bahkan menyuruh kita untuk senantiasa bersemangat dan menjadi yang bermanfaat ;
“Bersemangatlah melakukan hal yang bermanfaat untukmu dan meminta tolonglah pada Allah, serta janganlah engkau malas” (HR. Muslim)
Ini pengingat, ketika kita seringkali menjadi orang – orang lowpower, bisa jadi kita kurang jauh mainnya. Coba kita main ditempat – tempat yang dimana orang – orang sangat bekerja keras untuk mendapatkan sesuatu. Kadang kalau kita renungkan, ada sebagian kita yang bisa jadi sejak kecil sudah cukup baik. Pendidikan yang baik, makan yang cukup, tempat tinggal cukup layak. Ternyata di tempat lain masih ada teman – teman kita dengan sekuat tenaga pun bersungguh – sungguh ia tetap berada di lingkungan yang sama dan juga kerja keras yang sama. Inilah orang – orang yang seharusnya kita rangkul jika mungkin kehidupannya tidak lebih baik dari kita. InsyaAllah mereka juga akan menjadi penyemangat untuk kita.
Walau di bulan Ramadhan, apa salahnya kita membahas mengenai hal ini. Sudah lama sekali saya tidak menuliskan hal demikian. Setelah flashback tulisan berkaitan dengan jodoh, pasangan, selalu mendapatkan viewers yang cukup tinggi dibandingkan tulisan lainnya. Walaupun tulisannya sudah bertahun lama, masih terus meninggi dan meningkat. Segitu galaukah ya sampai tulisan seperti demikian dicari hehe.
Saya bukan orang yang berpengetahuan luas mengenai ini. Cuma teman – teman perempuan saya sering menjadikan saya tempat cerita, kadang kala saya juga bercerita. Mengenai kisruh dan tantangan memilih seseorang yang tepat untuk tumbuh bersama di masa depan.
Saya baru saja menonton kajian Ust.Khalid Basalamah mengenai hal ini. Begitu logis, dan membuat saya terteguh. Ternyata Allah itu, bukan belum memberikan jodoh pada kita saat ini *bagi yang belum. Melainkan kita yang seringkali salah menempatkan diri, salah menanggapi, sering terlewatkan dan terabaikan. Banyak mungkin sebagian dari kita menempatkan jodoh seperti benda, dan durian jatuh. Menunggu dan menunggu berharap datang dengan sendirinya.
Ternyata tidak, perlu ada ikhtiar didalamnya. Dan Allah selalu menawarkan jalan, kadang manusia karena dalam keadaan tidak dekat padaNya kehilangan sinyal tadi. Allah sering bilang gini “ Ini nih, orangnya ..” kita sering dipertemukan banyak teman baru, lingkaran baru tapi kemudian terabaikan oleh kita karena alasan yang tidak syari. Bukan karena agama, melainkan bisa jadi kekurangan duniawinya. “Ini nih coba istikharah dulu” kita selalu didatangi hal demikian tanpa kita sadari. Lalu sekarang kembali pada diri kita. Itulah sedikit kutipan kajian yang sempat saya tonton.
Saya menyadari ujian berat dari sebuah proses menemukan adalah berperang pada hati nurani dan syaitan. Kita tahu dalam Islam hubungan lawan jenis itu jika tidak pada tempatnya akan menjadi fitnah. Bahkan dalam hadits hanya beberapa hal saja interaksi yang dibolehkan, seperti menuntut ilmu, muamalah, dan hal berkaitan dengan kebaikan dan maslahat. Hal yang sering terjadi ketika memulai proses untuk mengenal lebih jauh. Syaitan mudah sekali menempel pada diri kita. Sehingga masuk dalam selip – selip hati kita. Hingga menutup mata bathin kita pada kebenaran akan mengenal calon kelak karena hasutan tadi. Makanya ketika memulai proses, kita seharusnya semakin dekat pada Allah. Makin sering beristikharah, semakin sering berkhalwat dengan Allah. Satu hal lagi berserah diri kepada Allah.
Ujian – ujian yang seringkali menjadi hal berat dan kemudian merusak nilai kebaikan untuk menjemput jodoh dalam menyempurnakan iman menurut saya ;
1. Niat
Ibadah inti adalah niat, seperti tulisan saya sebelumnya mengenai “Perbaiki Niat”. Niat menjadi pondasi utama kita untuk melakukan ibadah. Begitu pula menikah, kebanyakan saat ini media yang kita lihat seringkali memang mendakwahkan mengenai menikah muda namun saying tidak dibarengi pemahaman penyerapan lain.
Untuk apa kita menikah ? Selurus apa niat kita menikah ? Apa karena ingin bahagia ? Ingin terlihat sama dengan orang lain ? Tidak ingin jomblo ? Tuntutan orangtua ? Harta dan lain – lain. Dari segala hal niat yang saya absen ini lah yang kemudian menjadi penghalang kita untuk menemukan corong yang tepat di mana jodoh berada. Termasuk saya, yang juga sedang meluruskan niat dengan sungguh – sungguh dimanakah Allah dalam rencana kebaikan ini.
2. Kehilangan Kendali
Saya bukanlah orang yang sangat religius. Bahkan untuk kajian rutin tergabung dalam lembaga dakwah sudah lama sekali saya absen. Paling tidak cara saya menjaga pola kendali ini dengan bergaul dengan teman yang baik, memperbaiki cara berpakaian, dan juga mengikuti kajian yang ada dan terbuka. Kehilangan kendali disini, ketika kita menjalani proses itu tidak pada tempatnya. Tidak ada penegur, tidak ada ninik mamak (kalau dalam adat melayu) orang yang berperan sebagai konsultan, penasehat dan pengingat niat dasar menikah tadi. Orang tersebut adalah mahram, saudara yang bisa menjadi kontrol keluarganya. Atas niat yang disepakati, memberitahu informasi yang sebenarnya. Sehingga terhindar dari khalwat dan syaitan mendapatkan posisi keempat. Sehingga tidak bisa menganggu ya kan.
3. Hasrat Menggebu & Rasa Memiliki
Ketika kehilangan kendali atau tidak adanya peran sosok yang benar – benar masuk dalam proses tersebut yaitu mahram tadi. Syaitan kemudian membisikan halusinasi yang begitu indah sehingga muncul lah hasrat menggebu tadi, yang sering kita sebut cinta. Apakah cinta itu salah ? Tidak. Baik bahkan, cuman cinta ketika tidak pada tempatnya seringkali menimbulkan hal yang tidak baik.
Satu lagi yang perlu kita ingat bahwa proses yang tidak serius, memakan waktu. Kelak akan mengeser niat awal sehingga kecenderungan menikah karena sudah terbiasa, sudah merasa saling memiliki satu sama lain. Celakanya ketika dalam prosesnya ditemukan Allah tidak menyukai dan tidak meridhoi pernikahan terjadi kita menjadi sosok yang mengutuk banyak hal entah itu diri kita sendiri, depresi (karena putus cinta dan trauma), kemudian mengutuk orang lain yang bisa jadi dijadikan Allah ujian atau pemberitahuan bahwa bukan kita yang memiliki.
4. Masa Lalu
Setiap orang memiliki masa lalu, kecenderungannya ketika menjalani proses adalah kita menghimpun ingatan segala kekurangan dari masa lalu. Baik itu berbungkus trauma, pengalaman menjalin dan berproses dengan orang lain dan sebagainya. Masa lalu adalah sesuatu yang sangat sensitif bagi semua orang. Saya pernah mendengar kajian kala itu, bahwa ketika sepakat untuk bertumbuh dan membersamai di masa depan. Kesepakatan yang baik dan seharusnya adalah sama – sama ingin melangkah kedepan dan tidak ingin berbalik ke belakang.
Ketika saya flashback ke diri saya, saya melakukan kesalahan tersebut di masa lalu ketika berproses. Niat saya belum lurus, belum utuh masih tersangkut sebagian pada hal duniawi. Sehingga perbandingan saya bukan karena ridho Allah. Tapi juga hasrat pribadi dan masa lalu yang tersingkap dan tak seharusnya disampaikan jika tidak diambil pelajaran dari hal tersebut. Lalu hal Ini salah.
5. Penghakiman Diri Sendiri
Penghakiman diri sendiri adalah prasangka buruk di awal. Ketika kita merendahkan diri kita dengan hal yang berbentuk sikap, fisik, dan juga kedudukan duniawi. Kita seringkali membandingkan dan mengatakan hal buruk pada diri sendiri. Apalah saya yang jelek ini ? Apalah saya yang tak kaya ini, apalah saya yang kurang agama seperti ini ? Kalimat ini seperti pengingkaran atas nikmat Allah. Lagi – lagi saya mengutip dari Ust Khalid. Bukankan itu tanda penyesalan atas nikmat yang Allah berikan pada kita. Bukankah itu sebuah penghakiman dan rendah diri, bukan rendah hati sehingga kebaikan yang seharusnya datang kemudian tenggelam karena persepsi yang tercipta pada diri kita. Jikalau pun ditanya kenapa belum menikah, mungkin kita menjawabnya dengan kata positif dan doa. Sehingga juga taka da nikmat yang berkurang disini.
6. Ingin Kesempurnaan
Salah satu penyakit diri kita sebagai manusia adalah membandingkan diri. Ditutupi kata – kata orang lain, penilaian – penilaian orang lain. Kita terus mencari banding banding, tidak berhenti disana. Bukan hanya membandingkan orang yang mendekati, tapi juga membandingkan diri kita pada oranglain. Pantaskah ? Sempurnakah aku?
Bisa jadi pantaskah dia denganku ? Bagaimana aku menyetarakan diri pada dia (Calonku) atau sebaliknya. Kebanyakan bentuk penilaian tadi adalah dalam kadar duniawi. Kemolekannya, kelembutannya, hal fisik cara berpakaian yang mungkin belum baik, Pendidikannya, pekerjaannya, dan kadang masa lalunya. Kita menghakimi masa lalu orang karena kotor ? Apa boleh ? Bahkan bisa jadi saat ini ? Bukankah di awal kita tidak baik menilai orang dari masa lalunya.
Tulisan ini sebagian besar adalah sebuah kumpulan nasehat orang bijaksana, ulama yang saya kumpulkan untuk menjadi nasehat saya pribadi. Bisa jadi saya salah menuliskan, dan saya selipkan juga ibroh yang saya ambil dari perjalanan ikhtiar saya yang juga belum mulus dan masih dalam memurnikan diri, mempertegas visi, dan merancang mimpi. Ada harapan kelak setidaknya ketika saat tiba, saya lebih matang bersikap. Lebih bijaksana menjalani sehingga Allah meridhoi.
Semoga bisa jadi nasehat kita semua,
Jika teman – teman ada pembahasan yang didiskusikan bersama disini, silahkan komentar dibawah ya.
Tema kali ini relate banget dengan kejadian belakangan ini. Siapa sih yang ga pernah berprasangka ? Semua orang pernah berprasangka. Kalau belajar Ilmu Komunikasi di kampus dulu, prasangka terjadi karena ada kepingan pengetahuan yang tiba – tiba datang dan ga tahu asal usulnya dari mana. Seringkali prasangka dijadikan pembenaran, sebuah fakta. Padahal sangat jelas prasangka itu adalah sebuah kabar burung yang perlu diteliti lagi.
Prasangka itu ada dua ; Prasangka buruk dan prasangka baik. Kebanyakan dominan seringkali kita melakukan prasangka buruk ketimbang yang baik. Kita sering menjudge orang lain dengan hal – hal buruk terhadap yang belum pasti kebenarannya.
Dalam islam sudah dijelaskan di dalam Al-Quran surah Al Hujurat 12 mengenai perintah untuk tidak berprasangka buruk bahkan sampai mencari – cari kesalahan oranglain.
“Hai orang orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka, karena sesungguhnya sebagian tindakan berprasangka adalah dosa dan janganlah kamu mencari – cari kesalahan oranglain,”
Rasulullah juga bersabda dalam sebuah hadits ;
“Berhati – hatilah kalian dari tindakan berprasangka buruk adalah sedusta dustanya ucapan. Jangan saling mencari berita kejelekan orang lain, saling memata-matai, saling mendengki, saling membelakangi, dan saling membenci, Jadilah kalian hamba – hamba Allah yang bersaudara” (Diriwayatkan oleh Al Bukhari Hadits No 6064 dan Muslim Hadits No 2563.
Ada yang bisa kita teladani dari kisah ini ; dan kita bisa pelajari perkataan dari Sufyan bin Husain, penjelasannya sebagai berikut :
“Aku pernah menyebutkan kejelekan seseorang di hadapan Iyas bin Mu’awiyyah. Beliaupun memandangi wajahku seraya berkata, “Apakah kamu pernah ikut memerangi bangsa Romawi?” Aku menjawab, “Tidak”. Beliau bertanya lagi, “Kalau memerangi bangsa Sind, Hind (India) atau Turki?” Aku juga menjawab, “Tidak”. Beliau berkata, “Apakah layak, bangsa Romawi, Sind, Hind dan Turki selamat dari kejelekanmu sementara saudaramu yang muslim tidak selamat dari kejelekanmu?” Setelah kejadian itu, aku tidak pernah mengulangi lagi berbuat seperti itu.” (Kitab Bidayah wa Nihayah karya Ibnu Katsir (XIII/121)
Prasangka Buruk sendiri bisa dibedakan menjadi 3 bagian, yakni :
Prasangka Buruk terhadap diri sendiri (nafs ammarah)
Prasangka buruk terhadap diri sendiri biasanya ditandai dengan tidak adanya kepercayaan diri terhadap kemampuan untuk melakukan suatu hal dan cenderung selalu takut gagal. Hal ini tidak baik untuk dilakukan sehinggi diri anda tidak bisa berkembang. Diperlukan cara agar hati tenang dalam islam agar terhindar dari berprasangka buruk terhadap diri sendiri. Sama hal nya yang saya pernah tulis mengenai memaafkan diri sendiri. Disini saya belajar, ketika saya belum bisa memaafkan berarti saya sudah melakukan dosa prasangka buruk pada diri sendiri.
Prasangka Buruk terhadap orang lain
Prasangka buruk terhadap orang lain ditandai dengan sikap selalu mencari – cari kesalahan orang lain. Apapun tindakan orang yang tidak kita sukai pasti akan selalu dihubungkan dengan hal – hal yang buruk padahal belum tau kebenaranya seperti apa. Biasanya setelah berprasangka buruk seperti itu hati pelaku akan merasa. Alangkah baiknya jika anda mengetahui cara menghilangkan dendam dalam islam.
Prasangka Buruk kepada Allah Swt
Prasangka buruk kepada Allah biasanya timbul karena doa yang dipanjatkan tidak kunjung terkabul. Ada juga karena banyaknya musibah yang datang silih berganti. Hal seperti itulah yang memancing seseorang berprasangka buruk kepada Allah Swt. Untuk itu anda perlu mengetahui sifat orang yang bertakwa.
Berikut sabda Rasulullah Saw :
“Jauhilah prasangka, karena prasangka itu adalah perkataan yang paling dusta.” (HR. Bukhari-Muslim).
Saya sudah sering mengalami banyak konflik dan menjadi akarnya adalah prasangka. Saya menyadari prasangka ini seperti kue lezat syaitan menghasut manusia terutama orang – orang beriman untuk saling memusuhi saling menyakiti. Sama hal nya saat ini dimana kita mengalami shock terhadap identitias muslim yang melakukan terorisme dengan menggunakan detail – detail sebagai seorang muslim. Tindakan mereka menimbulkan prasangka. Tindakan mereka menimbulkan interpretasi. Sebagai muslim yang baik yaitu mampu mengenali prasangka tersebut dan meresponnya dengan baik. Bukan kemudian ikut mengkeruhkan suasana dengan memberikan pandangan negatif mendiskriminasi dan kemudian mengeneralisasi.
Karena tahapan prasangka dimulai dari ketakutan, ketidak tenangan, yang mana muncul ketika kita tidak sedang dekat pada Allah. Ini muncul yang kemudian menjadi bahan syaitan untuk menghasut kita melakukan prasangka yang iya bisikan. Asumsi yang kita miliki untuk prasangka terhimpun dan seolah menjadi fakta valid untuk kita. Padahal itu semu, itu makanya ketika kita berprasangka kita diminta tabbayun dengan benar. Dengan orang juga yang baik pemikiran dan bijaksana yang ikut terjun mendampingi kita agar bisa mengingatkan ketika prasangka tersebut melebar dan menjadi fakta yang kemudian kita benarkan hingga akhirnya menimbulkan konflik dan terbentuk banyak kubu.
Semoga di Ramadhan kali ini, kita menjadi sosok yang bebasa atas prasangka apapun. Senantiasa berprasangka baik pada diri sendiri, oranglain dan tentunya Allah ketika diberi ujian.
*********
Tulisan ini murni menasehati diri saya, dan semoga bermanfaat untuk teman - teman
Ada yang menarik ketika ingin sharing disini. Agak sedikit mellow, tapi tujuan cerita kali ini agar kita bisa bersyukur tentang dan menemukan Ramadhan. Dimana kadang kala kalau kita flashback ke belakang terjadi banyak perubahan Ramadhan di hidup kita. Disini mungkin bukan membahas mengenai ruhiyah, melainkan orang – orang yang bersama kita di Ramadhan sejak awal. Ingat gak kamu ketika pertama kali belajar berpuasa, ingat tidak ketika sahur bersama di meja yang sama rumah yang sederhan. Kadang ada sebagian besar kita, Ramadhan yang tak lagi sama kehilangan orang yang duduk dalam lingkaran yang sama sebelumnya sekarang hanya bangku kosong. Bisa juga karena kehidupan kian meninggi, kesempatan bersama kemudian berkurang. Pekerjaan mulai mengurangi perkumpulan kita dengan orang – orang yang kita sayangi. Gadget, pekerjaan yang padat, dan teknologi menjadi rumah hanya sebagai tempat singgah tidur semata.
Kita perlu bersyukur, itulah kadang kita diminta melihat ke belakang agar tahu sejauh apa kita melangkah. Kita perlu mengenang agar tahu dan betapa Allah banyak telah memberikan nikmat pada kita. Mungkin ini Ramadhan yang keberapa untuk hidup kita. Syukur yang banyak ketika kita dipertemukan Ramadhan kali ini. Hal yang paling menguras hati ketika kelak sudah sampai di ujung Ramadhan. Bahwa kenangan Ramadhan ini berakhir, kebahagiaan bercumbu dengan intens pada Allah SWT tidak seperti biasanya. Kebiasaan mengunjungi RumahNya tidak seperti biasanya. Seharusnya kita tercabik dengan demikain, tidak melontarkan lelucon yang belakangan menjadi sebuah lucu – lucu bahwa “lebaran 29 hari lagi”. Bagaikan bulan Ramadhan dan puasa hanya momen musiman, yang dinanti endingnya saja. Coba kita renungi kembali, sejauh apa kita menjadi sosok yang lebih baik dari Ramadhan ke Ramadhan lainnya.
Apakah sedekah lebih banyak ?
Apakah ibadah Sunnah kian rajin ?
Apakah kebaikan sederhana makin meningkat ?
Bisa jadi sama saja dengan Ramadhan lainnya, tanpa rasa kehilangan ketika dia pergi.
“Koreksilah diri kalian sebelum kalian dihisab dan berhiaslah (dengan amal shalih) untuk pagelaran agung (pada hari kiamat kelak)” [HR. Tirmidzi].
Diriwayatkan dari Maimun bin Mihran, beliau berkata,
“Hamba tidak dikatakan bertakwa hingga dia mengoreksi dirinya sebagaimana dia mengoreksi rekannya” [HR. Tirmidzi].
Tulisan ini sebagai pengingat pribadi, dan untuk kita semua
Semoga bermanfaat!
Tahun lalu saya pernah cerita tentang peristiwa yang benar - benar menantangkan keikhlasan. Salah satunya kehilangan harta, bahkan juga orang yang kita cintai. Jadi saya jadi kepikiran untuk menasehati kembali dan merenungi kembali makna ikhlas itu kepada diri saya sendiri. Ketika ada sharing session ketika pertemuan para blogger kemarin. Tersentil cerita tentang tantangan ikhlas yang dialami salah satu teman kami.
Beliau pernah kehilangan barang dan harta yang berharga dan banyak. Dimana barang tadi menjadi alat untuk melakukan pekerjaan. Kemudian tak disangka ga jauh dari momen itu barang yang hilang tadi diganti Allah dengan lebih baik dengan cara tak disangka. Begitulah singkat cerita teman itu.
Saya jadi ingat pernah kehilangan uang sejumlah jutaan yang akan disetorkan ke bank secara misterius dan lebih dari sekali. Awalnya merasa rada ga percaya, uang sejumlah sedemikian yang sudah terkumpul lenyap begitu saja. Entah menaruh barang kurang hati hati, atau lagi - lagi muncul di pikiran ini. Mungkin sudah lama tidak bersedekah. Rejeki saya sudah tidak bersih, perlu dibersihkan kadang kala caranya kurang menyenangkan, dengan cara kehilangan.
Ujian keikhlasan lainnya bukan hanya kehilangan barang. Hal yang paling menguji ketika kehilangan orang yang kita cintai. Itu benar - benar menguji keikhlasan, penerimaan atas kenyataan yang terjadi. Ketika saya kehilangan salah satu orang tua saya, yaitu Ayahanda saya secara mendadak. Ingin mengutuk diri rasanya, bahkan mencari kambing hitam dari hilangnya orang yang kita sayangi. Ketika kita tida mengendalikan ikhlas dan husnuzdon kepada Allah tadi.
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Nabi Shallallahu ‘alihi wa sallam telah bersabda,”Sesungguhnya Allah tidak memandang kepada rupa kalian, juga tidak kepada harta kalian, akan tetapi Dia melihat kepada hati dan amal kalian”.
Allah berfirman pada surah Al-Baqaroh 139 yang artinya ;
Katakanlah: “Apakah kamu memperdebatkan dengan Kami tentang Allah, Padahal Dia adalah Tuhan Kami dan Tuhan kamu; bagi Kami amalan Kami, dan bagi kamu amalan kamu dan hanya kepada-Nya Kami mengikhlaskan hati
Ikhlas itu ilmu yang sangat dalam. Ilmu yang luarbiasa. Ilmu urut dada. Ikhlas disini bukan ilmu mengalah ya. Tapi berusaha menjadikan apa yang dikerjaakan semata-mata kebaikan, semata - mata ridho Allah.
Erat kaitannya dengan menjadikan apa yang dilakukan. Jadi ketika ikhtiar, dibarengi dengan kepercayaan bahwa kelak hasil yang didapatkan akan diterima bagaimanapun caranya.
Secara bahasa sendiri, ikhlas itu bermakna bersih dari kotoran dan menjadikan sesuatu bersih tidak kotor. Maka orang yang ikhlas adalah orang yang menjadikan agamanya murni hanya untuk Allah saja dengan menyembah-Nya dan tidak menyekutukan dengan yang lain dan tidak riya dalam beramal.
Sedangkan secara istilah, ikhlas berarti niat mengharap ridha Allah saja dalam beramal tanpa menyekutukan-Nya dengan yang lain. Memurnikan niatnya dari hal - hal yang merusak nilai amal itu sendiri. Ini masih relate dengan jurnal sebelumnya yaitu memperbaiki niat.
Ikhlas ilmu yang perlu banyak latihan, tidak terlihat mata namun terlintas di setiap langkah - langkah kita. Kadang ada teman - teman yang mungkin memberi sesuatu ternyata dibelakangannya ada niat untuk agar di lihat. Sehingga lunturlah ikhlas tadi.
Ikhlas juga ga ngutuk - ngutuk kalau misalnya ada sesuatu yang baik diminta atau disarankan terutama berkaitan dengan kebaikan. Bisa aja perintah orang tua, orang yang kita hormati, bisa juga nasehat orang baik.
Ikhlas juga move on, move on kalau bisa jadi orang yang kita harapkan jadi pendamping ternyata tidak berjodoh. Ikhlas bahwa itu sudah garis yang Allah tentukan pada kita. (Ini bukan curcol ya) haha
Semoga bermanfaat!
Hmm ini pembahasan menarik yang sebelumnya tak sengaja mendapatkan inspirasi di beberapa kutipan instastory mengenai menjaga kata.
Menarik sih, apalagi jaman sekarang segala media sosial memudahkan kita buat cerita apa aja. Ngomong apa aja, memanggil dengan kata apa aja. Ga jarang banyak lingkungan kita lihat kata - kata ga pantes. Kita ga susah menemukan netizen yang berkata kasar, nama hewan, atau ucapan - ucapan sarkasme dimana mana.
Dan mirisnya lagi jadi seperti bahan olok dan sebuah pemakluman. Sedihnya lagi yaa kalo ada temen - teman kita yang baper (bawa perasaan), sensitif atau menegur jadi menjadi sosok yang negatif dan aneh sendiri.
"Sok suci banget sih loe!"
"Baper banget sih"
"Paaan deh cupu banget"
Ini nih yang jadi pengaruh, dimana kita lama - lama berteman dengan teman teman yang sudah menjadi kebiasaan menggunakan kata kata "tersebut" kita jadi terbawa suasana untuk menjadi sosok demikian.
Padahal kata kasar, kata olokan itu bukan trend atau dianggap gaul ya temen - temen. Itu virus yang seharusnya jangan dibudidayakan.
Jujur, saya pribadi memang seringkali dianggap sensitif bagi sebagian orang. karena saya selalu memproteksi diri dengan kata - kata yang nanti menyakiti oranglain. Kadang saya pribadi berpikir. Emang hati yang kuat itu harus gitu ya nerima kata kata kasar gitu. Bukannya kita dulu belajar di sekolah untuk mengucapkan kata kata baik. Kenapa ketika saya menjadi orang yang kekeuh untuk menghindari kata sarkasrm dan lainnnya. Jadi sebuah keasingan yang terjadi di sekitar kita sekarang. Kenapa jadi hal tabu. Ini yang seringkali jadi pergolakan di diri saya hehe.
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu sekalian kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki amalan-amalanmu dan mengampuni dosa-dosamu. Barangsiapa mentaati Allah dan RasulNya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenengan yang besar” [Al-Ahzab : 70-71]
Salah satu ayat yang juga mengingatkan kita untuk menjaga hati saudara kita. Dimulai dari menjaga ucapan kita.
Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mu’min dan mu’minat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata” [Al-Ahzab : 58]
Semoga renungan ini bisa jadi nasehat kita masing masing bahwa menjaga kata terutama di media saat ini, juga langkah kita menjaga hati kita dan saudara kita.
Seharusnya perkara niat itu ceritanya di awal. Tapi belum terlambat di awal buat kita bisa review lagi niat kita dalam melakukan sesuatu. Di era sekarang, hal yang paling saya khawatirkan adalah rusaknya niat. Kenapa ? Ketika orang lain berpandangan berbeda tentang apa awalnya kita pikir untuk kita lakukan. Itu menjadi sebuah beban yang begitu dalam. Kita mungkin bisa saja sharing hal baik dan cerita tentang segala kebaikan kita ke media social. Berharap ada orang yang juga menduplikasi hal baik yang kita lakukan. Ga jarang tercampur niat untuk riya, untuk minta di puja dan puji ketika bertebaran like dan love di akun kita yang menjadi notifikasi. Jadi lunturlah segala pahala tadi ketika niat kemudian berbelok menjadi ujub diri.
Perkara niat, perkara yang sangat esensial dan dalam menurut saya. Bahkan hanya membahas mengenai niat saja, saya sering sekali dan mudah sekali meneteskan air mata. Apalagi kalau ada kajian atau ceramah ustad mengenai niat. Saya selalu merasa niat menjadi hal esensial untuk kita hidup di dunia ini. Untuk apa jabatan kita, untuk apa harta kita, untuk apa status kita. Bukannya kita hidup di dunia ini hanya menggapai ridho Allah ? Kenapa bisa kita bersenang – senang dengan niat baik yang kemudian hancur karena selipan – selipan dosa dosa kecil yang kemudian mengotori hati kita.
Pernak Pernik dunia yang menggoda sekali untuk kita beralih. Mudah sekali untuk terbelok. Antara riya dan personal branding. Antara ujub diri dan berdakwah demi kebaikan. Kadang kala terbelok hanya karena komentar, kata – kata dan ujian – ujian berupa hal – hal baik yang datang pada kita.
Duh ini benar – benar menjadi renungan yang dalam bagaimana kita menjadi sosok yang istiqomah pada niat, lurus di awal. Karena ini jadi tantangan berat kita di masa kini.
Niat itu seperti surat, ketika kita salah menuliskan alamat. Kita akan salah sampai tujuan. Jadi perbaiki niat sama halnya kita memperbaiki jalan kita untuk mencapai harapan tersebut. Seperti yang saya tulis sebelumnya.
Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena (ingin mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya karena dunia yang dikehendakinya atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan. (HR Bukhori dan Muslim) – Hadits Arbain.
Saya berharap saya menuliskan jurnal Ramadhan ini, niat awal saya adalah saya ingin menasehati diri saya sendiri ingin menceramahi diri saya sendiri agar saya tidak berbelok dari niat – niat yang duniawi. Selalu memohon agar Allah meluruskan apa yang kita lakukan, niat yang seharusnya dan dimudahkan segala perkara kebaikan – kebaikan yang kita tujukan hanya menggapai ridho Allah.
Wallahu Allam Bisshawab
Semoga Bermanfaat !
Sangat bersyukur dipertemukan Ramadhan kali ini. Ramadhan bersama orangtua tentunya. Sebelumnya sempat terpikir untuk tahun ini mungkin dalam perjuangan rantau di kampung sendiri. Banyak harapan yang saya taruh untuk diri pribadi di Ramadhan kali ini juga tahun ini.
Harapan menjadi sosok yang lebih baik tentunya. Lebih bisa menjaga diri, menemukan hal baik. Menjaga kesehatan juga. Ingin menulis dan berkarya lebih banyak. Di saat melihat teman – teman lain bertumbuh. Ada sebuah semangat diri yang juga ikut membara. Pada kenyataan hal yang berat pada diri kita adalah ekspetasi kita pada diri sendiri yang terlalu over karena kita asik melihat oranglain. Kalo dipikir dipikir ya, sebenarnya kita sudah punya modalnya. Tinggal kita meracik konsistensinya seperti apa, kerja keras seperti apa walaupun kadang kala dunia luar ga seperti harapan kita.Kita sendiri yang membuat harapan pada diri sendiri yang kita tunjukkan kepada diri sendiri. Yaa kan ?
Bagaimana harapan dan juga target teman – teman di Ramadhan kali ini ? Target dan harapan saya sesederhana saya bisa menjaga diri dari pengaruh negative dan mubazir, perbanyak berkarya, zikir dan juga ibadah Sunnah. Ramadhan pertama kali ini jujur saya kekurangan waktu yang sangat banyak. Rasanya 24 jam masih kurang untuk dibagi dengan maksimal.
Salah satu target saya adalah menulis refleksi dan juga nasehat untuk diri saya sendiri di Blog ini dalam rubrik Jurnal Ramadhan selama 30 hari penuh. Bisa kah ? Dulu saya pernah bikin kegiatan ini di tumblr tapi ternyata strategi saya untuk disiplin tidak berhasil hehe. InsyaAllah untuk kali ini saya berkomitmen untuk menulis jurnal ini walaupun ga banyak dan bisa jadi sangat singkat. Bakal selalu update di pukul 21.30 selama bulan Ramadhan di blog ini teman – teman.
Ohya bisa jadi saya terlupa untuk memberi kabar tentang update di media social. Kalo teman – teman sudah mengetahui pengen langsung dapat notifikasi bisa subscribe. Tapi sejauh ini belum begitu tahu works apa tidak nih.
Balik lagi ngobrol tentang harapan, bicara tentang sebuah cita – cita dan pencapaian. Kita juga tahu kan kalo dalam menjalani dan mengapai semua itu pasti ga mudah kadang gagal. Bahkan ada orang yang berkali – kali mendapatkan hasil demikian. Pada dasarnya gagal disini mengajarkan kita untuk memperbaiki diri untuk mencapai harapan tadi. Itu yang sering kita sebut ikhtiar (berusaha). Dalam usaha ada lingkup poin yang harus kita pahami ; ada program, target, dan langkah – langkah. Dan banyak mungkin buku dan nasehat mengenai bagaimana meminimalisir kegagalan, salah satunya yaitu belajar.
Walaupun begitu, kita ga boleh lupa kalo kita butuh Allah untuk meng-acc semua harapan kita. Kita juga harus optimis karena Allah sendiri yang janji ke kita untuk menjaga doa dan harapan hamba – hambanya ; Allah berfirman “Berharaplah kepada-Ku, Niscaya Aku perkenankan harapanmu sekalian” (QS Al Mukmin 60) dan janji Allah “Allah SWT akan mengabulkan harapan bagi siapa yang berharap hanya kepadaNya” (QS Al- Baqaroh 186)
Dan harapan ga selamanya instan Allah kabulkan, ada beberapa cara Allah mewujudkan harapan hamba – hambanya kadang ada segera dan kadang butuh waktu yang lama. Lagi – lagi menguji diri kita sebagai hamba yang taat. Dan apabila harapan tadi ditunda, hal itu menjadi tabungan pahala yang akan diterima kita kelak diakhirat nanti. Jadi tidak akan ada yang tidak diberikan.
Kemudian, dijauhkan dari keburukan yang sebanding dengan harapan itu. Kadang ga semua harapan yang doa – doa kita itu benar. Allah bahkan mengganti harapan kita dengan yang lebih baik. Karena Allah tahu yang terbaik untuk hambanya (QS Al-Baqarah 216) Ingat tentang ada ayat yang mengatakan boleh jadi kita ga suka sesuatu ternyata itu baik untuk kita.
Mungkin dari sharing diatas, bisa memupuk optimisme kita dalam melakukan apapun dan kebaikan apapun. Menjadi orang yang semangat dan optimis walau kadang kala kita sering menemukan onak berduri dalam perjalanan kita.
Semoga bermanfaat!
Nantikan edisi lanjutan besok.
Sebelumnya saya ada menulis mengenai memaafkan dalam feed Instagram. Sebuah cuplikan yang saya akan sharingkan disini. Sebenarnya tema memaafkan menjadi sebuah renungan saya belakangan ini. Banyak pertemuan dengan orang orang yang lebih tua usianya dan tentunya pasti lebih bijaksana menurut saya, sedikit banyak telah memberikan banyak insight baru dan juga usaha mengubah diri menjadi lebih baik. Gak jarang beberapa diantaranya membuat mata terhura, mengalirkan air mata. Waahh ini ada apa ini.
Sebelumnya juga berbincang dengan sahabat sendiri juga anehnya si sahabat yang curhat, sayanya yang meleleh. Seperti itu ketidaktahuan saya pada diri sendiri bahwa ada yang belum terselesaikan. Padahal mungkin saya happy – happy aja, seneng aja. Ga ada sesuatu hal yang begitu dikhawatirkan. Ternyata hati sendiri yang sensitive menyadarinya ketika tersentuh percakapan emosional.
Sampe dinasehatin “ Mel yang menilai diri kamu itu orang lain loh, don’t say kamu baik – baik aja kalo disentil ngobrol jadi gini” Saya langsung ketawa trus air mata ngalir sendiri haha.
Yaps setelah diselidiki adalah ada banyak hal yang belum termaafkan terhadap diri sendiri. Banyak mungkin masalah kita kan ya dengan orang lain. Ga semua juga kita bisa match dengan berbagai jenis karakter. Suka berantem, cekcok, kemudian merasa ilfeel pasti pernah tentunya. Ada juga dari kita yang merelakan, ada juga yang bisa jadi mendendam hingga sulit melupakan. Kalau masalah memaafkan kepada oranglain, banyak petuah menurut saya dan banyak juga alasan supaya ga larut – larut dengan ini. Walau sebagian besar juga ada terlarut dengan masalah “kesalahan” itu milik orang lain, hingga mendendam. Intinya jadilah orang yang berbesar hati.
Nah ada juga tipikal orang yang ketika ada sebuah peristiwa yang kurang baik, sebagian besar dilimpahkan perasaan bersalahnya pada diri sendiri. Kemudian ini yang menjadi bumerang dan penyakit mental berkepanjangan yang sering saya baca dan saksikan sendiri. Termasuk saya juga merasa sedikit banyaknya juga mengalami walau baru menyadarinya.
Perasaan bersalah ini ga boleh dibiarkan menumpuk, karena kadang kalo udah datang perasaan kayak gini. Otak kita kadang otomatis mengabsen semua pandangan buruk kita terhadap diri kita sendiri, merangkainya menjadi asumsi, dan kemudian pembenaran serta penghakiman bahwa diri kita yang bersalah. Kalau situasinya mungkin kayak sidang terdakwa deh, yang duduk di kursi dakwa diri kita dan hakim serta saksi juga diri kita. Geli gak sih ? Kalau dibayangin aja stress kan ya. Nah, ini penyakit yang musti dihilangkan.
Tulisan ini sebenarnya rangkaian dari healing juga terhadap yang belum selesai perkara memaafkan diri, juga catatan saya berdiskusi dan nasehat yang diberikan kepada saya. Pesannya mungkin mudah sekali kita tangkap, bahkan mungkin pernah tertulis disini. Tapi ketika kita mengalaminya bisa saja buyar kan ya..
Jujur saya pernah merasa sangat terpuruk ketika Ayah saya pergi, di saat ayah saya terbaring koma. Saya menyalahkan diri saya berkali kali. Menghujam makian pada diri sendiri, mengapa mengapa dan kenapa kenapa. Semua pertanyaan itu ada dikepala. Saya merasa dikepung syaitan kala itu. Tapi bersyukur selalu ada yang mengingatkan untuk selalu bertasbih dan doa, hingga setiap malam tak lepas bertahajud bukan menghakimi kejadian melainkan berdoa agar diberikan jalan terbaik walau itu pahit. Saya membayangkan situasi kala itu begitu drop, dan saat ini pun menuliskan ini masih sering berkaca – kaca.
Kita tentunya pernah merasa gagal, merasa hancur, merasa tak berguna. Ketika peristiwa yang tak berpihak pada diri kita. Ketika pertentangan kian banyak. Siapa lagi yang seharusnya bisa menghadapinya kalau bukan kita.
Saya ingat pesan singkat seseorang yang sudah saya anggap orangtua saya juga, “Jangan menjadikan semua peristiwa buruk yang terjadi di hidup kamu mel adalah kesalahan kamu, itu Allah yang sudah menggariskannya .. Allah sudah mensuratinya, kalau kamu putus asa dan takut untuk menghadapi jalan yang itu kembali untuk mengambil keputusan, berarti kamu ingkar pada janjiNya Allah”
Jleb! Seketika air mata banjir gitu aja. Sesimpel ini, ga terselesaikan. Jujur saja, saya menyadari bahwa saya dalam keadaan mental “trauma” dan tanpa sadar melakukan banyak kesalahan ketika merespon sesuatu yang baik. Saya sulit mendapatkan deep connection kepada orang orang baru, saya walaupun terlihat terbuka. Pada kenyataannya sangat dark dan tertutup. Itu yang dikatakan temen sharing kala itu. Saya panik ketika orang ingin masuk lebih dalam mengenal, saya merendahkan diri serendah – rendahnya pada pikiran saya ketika ada yang mendekat dan berteman lebih dalam, mengumamkan kata – kata ga baik itu ke pikiran.
Jadi solusinya sesederhana ;
1. memaafkan diri,2. menjadikan apa yang ada di masa lalu menjadi pelajaran,3. menjadikan apa yang terjadi sudah keputusan dan ketentuanNya, walau terkadang tidak sesuai dengan harapan4. senantiasa berpikir positif5. mengikhlaskan dan bersyukur6. balik dekat ke Allah lebih dalam.
Nah, yuk kita jadikan pelajaran bahwa memaafkan diri sendiri adalah langkah kita yang terbaik untuk memulai segala impian - impian kita di masa depan. Sesuatu yang dimulai dengan optimis, semangat, dan juga pelajaran berharga dari kejadian sebelumnya.