Ide judul ini terlintas ketika beberapa pekan saya berkutat pada berbagai permasalahan organisasi dan komunitas baik itu yang nyata, maya, dan curhatan tetangga. Ketika saya flashback pribadi saya dulu, saya cekikikan sendiri menyaksikan saya dahulu yang sangat ego, sulit mendengarkan, ingin melakukan sesuatu sempurna dan dominan. Walaupun barangkali, menurut saya masih ada jejak – jejak demikian. Saya berharap banyak dari diri saya saat ini untuk lebih toleran ketimbang dahulu.
Tapi memang ada sebagian orang yang mengalami fase tersebut sampai pada akhirnya sadar. Fase ini adalah fase kita menemukan jati diri, ambisius dan dorongan untuk melakukan terbaik yang mengebu – gebu. Sehingga ketika berada pada tempat untuk menjadi pemimpin kita cenderung menjadi pribadi otoriter, semaunya, dan sulit menerima. Ini karena kita merasa menjadi pribadi yang full, pribadi 100%. 100% yang paling tahu, 100% paling hebat dan paling benar.
Di mana pun itu, memberi itu lebih mudah loh ketimbang menerima apalagi untuk sebuah keputusan atau pendapat. Benar gak ? Terkecuali menerima THR kali haha, keluar duit lebih susah ketimbang nerima duit hehe intermezzo.
So, tentunya setiap dari kita pasti semuanya ingin didengarkan.
Judul ini sebenarnya hasil evaluasi saya dengan diri sendiri dan juga sebuah konsep yang saya dapatkan dari renungan perbaikan yang saya lakukan. Maksudnya menjadi pribadi 10% adalah sebuah mindset kita pada diri kita sendiri bahwa pencapaian dan apa yang kita dapatkan itu masih dalam 10%.
Sehingga ketika kita selalu beranggapan diri kita sudah mendapatkan banyak rejeki, baik itu ilmu, berkah limpahan harta, dan juga pencapaian. Kita masih perlu meningkatkannya kembali. Artinya menjadi pribadi yang haus, tidak mudah puas diri, dan juga senantiasa meng-upgrade dirinya.
Contoh, ketika saya mengikuti seminar yang limited. Pulang – pulang bawa ilmu. Mindset yang langsung saya tekankan “Ilmu tadi masih 10% mel masih ada 90% lagi kamu untuk kembali mendalaminya” atau sebuah pencapaian ketika ada beberapa orang yang berbaik hati memuji kita. Sampaikan dalam pikiran, “ apa yang kamu lakukan masih 10% mel, masih banyak yang harus dilakukan mel .. jangan puas diri dulu”
So, ketika kita selalu menempatkan diri menjadi pribadi 10% kita akan menjadi manusia yang tawadhu. Karena senantiasa berpikiran bahwa apa yang kita miliki belum seberapa, masih sedikit. Banyak yang tidak tahu daripada yang tahu. Sehingga kita selalu mendengarkan oranglain, tidak ego dan juga menjadi pribadi semangat untuk berbuat baik dan memperbaiki diri.
Jadi manusia 10% bukan berarti menempatkan diri kita menjadi orang yang rendah diri. Saking, kebablasannya memikirkan untuk menjadi pribadi 10%. Kita sendiri malah tidak menghargai apa yang kita punya. That’s wrong! Bagilah 10% yang kita miliki itu kepada orang lain terutama ilmu. Tempatkan diri kita sesuai dengan kemampuan kita. Karya kita yang lahir yang kita anggap masih 10% jadikan motivasi untuk memenuhi 90% lagi, kemudian berbagilah 10% pencapaian, karya dan kontribusi itu menjadi berlipat lipat untuk oranglain. Berharaplah begitu.
InsyaAllah ketika mindset itu senantiasa kita camkan dalam hati. Kita akan jadi pribadi rendah hati, menerima pendapat oranglain, senantiasa memperbaiki diri, Allah akan menghadirkan orang – orang dan rejeki yang tak terduga dari segala arah untuk memenuhi 90% itu lagi.
----------
yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca
Keep Inspiring!