Source pict : Citizen Daily |
Dari judulnya terdengar seperti judul cerpen. Tapi kali ini saya ingin sharing apa yang terjadi di Riau. Provinsi dimana saya berdomisili sekarang. Awalnya tulisan ini adalah bentuk keprihatinan saya terhadap apa yang terjadi di daerah saya. Namun, ada sebuah gerakan menulis kepedulian dari Blogger Muslimah yang membuat saya semakin gencar menceritakan apa yang sebenarnya terjadi.
Sedikit sharing beberapa tahun lalu, saya pernah diberi kesempatan istimewa untuk menjadi wartawan freelance disebuah koran harian di provinsi saya. Disebuah laman khusus tentang lingkungan. Disanalah saya mendapatkan ilmu menulis dan jurnalistik sangat banyak. Belum lagi saya terjun langsung ke lapangan untuk menuliskan berbagai peristiwa lingkungan yang terjadi disekitar saya. Banyak informasi yang saya dapatkan, terutama seputar cerita hutan yang ada di riau. Saya katakan Riau istimewa teman-teman. Sebagian teman-teman yang tinggal di provinsi ini mungkin tahu identitas Riau sebagai provinsi penghasil minyak. Sampai ada istilah unik yang disematkan, mengapa plat kendaraan di Riau itu bertuliskan BM. Alasannya cukup masuk akal, karena itu singkatan dari Banyak Minyak. “didalam tanah banyak minyak, diatasnya juga banyak minyak (penghasil kelapa sawit)”
Jika saya tinjau pribadi untuk biaya hidup masyarakat. Riau termasuk provinsi yang cukup mahal ketimbang provinsi lainnya. Barangkali ada kaitannya dengan demikian. Karena beberapa teman saya bercerita juga tentang tinggal dibeberapa daerah yang penghasil minyak baik “diatas” dan “didalam”. Untuk membeli bahan pangan atau sehari-hari cukup menguras dompet begitulah istilahnya.
Pengalaman saya bekerja dalam bidang itu, membuat saya melihat banyak keganjilan yang terjadi. Ini sebuah opini saya, sebelum akhirnya saya memutuskan untuk berhenti bekerja karena satu dan lain hal. Banyak politisasi yang terjadi di ranah itu. Saya jujur tak kuat hehe. Apalagi saya perempuan. Saya memutuskan menyuarakan lewat hal yang bisa saya kontrol sendiri.
Riau memiliki hutan gambut yang cukup luas. Penyebab asap yang merupakan kebakaran lahan yang terjadi tiap tahun dikarenakan hutan gambut yang terbakar. Hutan gambut bukanlah hutan biasa. Hutan gambut adalah penyangga air. Ia berbentuk rawa-rawa. Hutan tropis berdaun lebar di mana tanah yang terendam air mencegah dedaunan dan kayu terdekomposisi sepenuhnya. Seiring waktu berlalu, terbentuk lapisan gambut yang bersifat asam. Hutan gambut umumnya dikelilingi oleh hutan hujan pada tanah yang tidak terendam air dan hutan bakau di air payau. (Wikipedia)
Saya teringat materi yang pernah disampaikan dalam young green weekend school, sebuah proyek yang pernah saya lakukan dengan tim komunitas lingkungan beberapa tahun lalu untuk mensosialisasikan cagar biosfer giam siak kecil bukit batu (info tentang cagar biosfer bisa dibuka di link ini http://www.gskbb.blogspot.com). Isi materi mengenai bahwa hutan gambut yang kering menyebabkan hutan mudah sekali terbakar. Mirisnya lagi 56 persen hutan gambut sumatera ada di riau. Lalu yang menyedihkan bagi saya, beberapa lahan di kawasan Cagar Biosfer Giam Siak Kecil Bukit Batu terkena imbasnya juga. Padahal, ini cagar biosfer satu-satunya yang ada di pulau sumatera.
Menurut berita yang saya kutip di Riaupos, bahwa hutan gambut di Riau 50 persennya sudah rusak. Tahukah, bahwa negara Indonesia memiliki 50 % hutan gambut di wilayah tropis dan Indonesia memegang kendali 10% hutan gambut dunia. Apa yang terjadi bila hutan ini terbakar ? Sedangkan hutan gambut adalah pengendali ekosistem yang berpotensi menyerap karbon di planet kita. Its problem not easy.
Saya juga tak mengerti kenapa saudara-saudara saya di provinsi ini rela membuka lahan dengan cara keji. Well, walaupun menurut berita yang saya dapatkan asap kali ini sebagian besar asap kiriman. Tapi titik - titik api masih ada di provinsi riau. Dan asap yang tebal dengan potensi kadar luarbiasa berbahaya yang sudah kami hirup hampir sebulan lamanya.
Memang benar, ini bukan bencana tsunami, bukan bencara gunung meletus dan yang memakan korban jiwa secara signifikan. Tapi udara hal vital yang dibutuhkan manusia. Dampak kedepan yang terjadi adalah ledakan penderita kanker paru-paru yang akan terjadi di masa yang akan datang.
Jika kita flashback banyak politisasi yang terjadi tentang mengiurkannya di lahan yang ada di Riau ini, terutama kasus hattrick petinggi negeri riau. Setelah saya kulik beberapa berhubungan dengan permasalahan lahan. Dalam riset saya tentang potensi lahan yang dibuka yang saya kutip contohnya. Riset dari CIFOR mencatat bahwa terjadi kenaikan harga lahan sekitar Rp 3 juta setelah pembakaran lahan.
Sebelum terbakar, harga lahan berkisar Rp 8 juta, dan setelah terbakar menjadi Rp 11 juta per hektar.
Setelah ditanami sawit, harganya berlipat lagi, sekitar Rp 50 juta, dan bisa mencapai Rp 100 juta per hektar apabila ditanami sawit bibit unggul. Sehingga wajar banyak investor yang membuka lahan karena dekatnya perbatasan ke negara tetangga barangkali membuat banyak orang gelap mata akan itu. Tanpa melihat konsekuensi yang terjadi. Bila melihat kondisi Riau, memang dahulunya riau berkembang karena keberadaan perusahaan industri sekala besar yakni perusahaan - perusahaan baik minyak dan kelapa sawit ataupun kertas.
Dalam hal ini kita tak seharusnya menyudutkan siapapun tapi fakta itu harus kita pahami. Saya sendiri melihat banyak masayarakat riau belum mencintai lingkungan secara utuh. Masih membuang sampah sembarangan, membakar sampah dengan sewenang-wenang. Banyak kebiasaan kecil untuk kita peduli dengan lingkungan saja sulit dilaksanakan. Bahkan bila terjadi musim hujan, beberapa daerah kabupaten di provinsi riau mengalami banjir.
Ingin menyalahkan siapa dalam hal ini ? Lalu, ketika kemarau asap menjadi langganan di provinsi ini. Ada baiknya kita juga berkaca diri teman-teman. Selain kita cukup kecewa dengan apa yang terjadi di negeri kita sekarang. Setidaknya ada aksi yang kita lakukan untuk diri kita sendiri. Misalnya dalam keadaan seperti ini, di kelilingi asap tebal. Penggunaan masker itu adalah hal wajib. Bukan untuk siapa-siapa, tapi untuk menyelamatkan diri kita dikemudian hari. Sembari menyuarakan keadilan, dan juga mungkin langkah lebih besar menyelamatkan hutan kita bersama-sama.
Mohon doanya teman-teman yang ada di penjuru Indonesia. Agar bencana ini tidak terjadi lagi dan hilang dibumi lancang kuning ini.
Tak ada lagi korban, tak ada tangisan yang terdengar.
Dan kami bisa menghirup udara bersih yang saat ini kami rindukan :)
Semoga Allah memberikan ampunan apabila musibah ini bagian dari azabNya untuk mengingatkan dosa-dosa yang pernah kami lakukan untuk bumiNya.
#SaveHutanIndonesia
-----
yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca
yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca