Waktu itu tidak akan terasa akan berganti dan kita akan senantiasa mendewasa dan menua.Terkadang kita tidak pernah tahu jodoh itu kapan tepatnya datang dan menjemput, memastikan dan meng’ikrarkan’. Tuan gunadi pernah bilang bahwa terkadang sejatinya perempuan bukan menunggu melainkan ditunggu kehadirannya. Alasannya seperti ketika kita bertemu hujan, bukankah kita mencari perlindungan untuk berteduh. Mencari tempat yang kira-kira pantas untuk kita berlindung dan mengabdi.
Well, baik itu menunggu ataupun ditunggu. Setiap kita punya defenisi dan langkah-langkah berbeda untuk menjemput jodohnya. Saya sebagai seorang perempuan lebih memiliki melakukan sesuatu yang bermanfaat hingga tiba waktunya nanti tak perlu panik dan kelabakan belajar untuk mengabdi dan menjadi bagian dari keluarga baru.
Well, baik itu menunggu ataupun ditunggu. Setiap kita punya defenisi dan langkah-langkah berbeda untuk menjemput jodohnya. Saya sebagai seorang perempuan lebih memiliki melakukan sesuatu yang bermanfaat hingga tiba waktunya nanti tak perlu panik dan kelabakan belajar untuk mengabdi dan menjadi bagian dari keluarga baru.
Hidup sejatinya belajar bukan ? Namun beberapa dari kita wanita terutama seringkali lupa untuk mengkhawatirkan hal ini. Globalisasi membuat perempuan masa kini lebih independent sehingga sulit untuk mencari seseorang yang pantas untuk melengkapinya karena menganggap semua kebutuhannya telah terpenuhi. Wanita saat ini dengan mudahnya mendapatkan berbagai pekerjaaan tanpa memperdulikan status gender, kemudahan dalam berbagai aspek lain, pendidikan, teknologi, dan juga pendapatan yang lumayan sangat cukup. Yaps wanita karier. Namun disini saya tidak akan membahas mengenai itu. Lebih kepada kita, sebagai seorang wanita yang masih dalam proses menunggu ataupun ditunggu untuk menjemput jodohnya. Apa yang harus dilakukan ?
Sebagian besar teman-teman perempuan yang masih duduk dibangku kuliah seringkali keasikan dengan berbagai rencana, mimpi-mimpi besarnya secara pribadi, dan kontribusinya dalam berbagai aktivitas sosial. Apakah itu salah ? Tidak, itu sama sekali tidak salah. Namun ada yang terlupa, bahwa sejatinya perempuan akan menjadi seorang istri yang akan mengabdi, mendukung, menghebatkan suaminya. Kita tidak membanding-bandingkan gender disini, namun hal yang ditekankan bahwa kita kekurangan wanita sebagai calon istri yang berkualitas untuk menjadi pendidik generasi-generasi hebat dan juga partner lifetime bagi suaminya untuk dihebatkan. Sejatinya wanita dan laki-laki diciptakan berdampingan untuk melengkapi dengan berbagai keunikan yang mereka miliki. Makanya Allah menciptakan Hawa untuk Sang Adam.
Sebagai seorang calon istri kita harus mengevaluasi diri kita sejauhmana karakter kita dapat menjadi seorang yang patuh dan penurut kepada suami kelak. Lah ? Berarti jadi pengalah dong ? Kita mengalah untuk menghebatkan bukan menyerah.Bukankah dibalik pria yang hebat ada wanita yang hebat.
Belajarlah sedari dini untuk mengatur keuangan kita, bagaimana menyimpan uang yang baik, mengakomodirnya pada hal-hal yang bermanfaat, dan berinvestasi. Belajarlah sedari dini untuk membahagiakan suami nanti dengan memasak, membereskan pekerjaan rumah, bersikap santun dan lembut. Belajarlah menjadi seorang calon ibu yang baik dan pendidik generasi emas dengan belajar ilmu parenting mendidik sikap dan karakter yang menjadi modal dasar anak kita kelak. Seorang anak itu layaknya sebuah komputer yang masih kosong memorinya, kitalah yang mengisinya dengan berbagai pendidikan, ilmu, dan sikap-sikap yang menjadi modal dasar ia mengarungi hidupnya kelak.
Hal yang paling utama adalah belajar agama dan aturan agama yang lebih, mengetahui hal dan kewajiban istri, karena semua yang terdapat dalam kehidupan berumah tangga nilainya ibadah dan pahala disisi Allah.
Kalo begitu perempuan sejatinya dirumah dong ? Percuma kita sekolah tinggi-tinggi.
Pandangan seperti ini salah. Kodrat wanita sejatinya ada disamping suaminya untuk mendukung. Kita bersekolah bukan mencapai kesuksesan hakiki hanya diri pribadi, tapi menghebatkan generasi dalam keluarga kita. Bukankah jauh lebih besar misinya ? Daripada hanya menghebatkan diri sendiri. Seorang wanita belajar keras untuk mencapai berbagai ilmu karena ia akan menghebatkan satu keluarganya kelak baik itu suaminya dan anak-anaknya. Luarbiasa bukan ?
“ Wanita-wanita yang tidak baik untuk laki-laki yang tidak baik, dan laki-laki yang tidak baik adalah untuk wanita yang tidak baik pula. Wanita yang .baik untuk lelaki yang baik dan lelaki yang baik untuk wanita yang baik. (Qs. An Nur:26)
Percayalah, jika wanita menyiapkan diri menjadi istri yang baik. Pendamping kita kelak akan juga menjaga diri dan menyiapkan diri untuk terbaik untuk istrinya kelak.
------
For your inspiration
yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca