Nah, tulisan kali ini merupakan lanjutan dari sharing materi inspiratif kegiatan Forest Talk with Bloggers di Hotel Grand Zuri, pada hari Sabtu, 20 Juli 2019. Jujur saja, awalnya saya tidak tahu kalau event kali ini ada Field Tripnya. Saya sempat meng-iyakan ajakan teman ketika siang untuk agenda lainnya. Tapi ternyata tidak, ada agenda berkunjung. Wah! Seru pastinya. Mengingat belakangan ini saya di-sibukkan dengan kegiatan pindahan barang-barang di rumah, jadi jarang sekali jalan - jalan. Mari simak keseruan perjalanan serunya!
Kami memulai perjalanan pada pukul 11.00 pagi dimulai dengan persiapan. Kami pun menyiapkan diri membawa barang – barang yang dibutuhkan termasuk mengisi tumblr yang menjadi merchandise yang diberikan oleh tim panitia kegiatan Forest Talk with Bloggers kali ini. Kami tahu pasti perjalanan ini memakan waktu cukup lama sekitar 2 jam. Kita diberi sedikit arahan mengenai Desa yang akan dikunjungi. Yaps, nama desa yang kami kunjungi nanti adalah Desa Batu Gajah. Saya dan beberapa teman memilih Bus pertama dan ternyata sepi. Tim Blogger ternyata banyak memilih bus kedua hahahaha.
Memulai Perjalanan
Akhirnya setelah sejam lebih dalam perjalanan, kami dibuat penasaran dengan beberapa pohon yang menjadi pemandangan kami. Pohon – pohon itu menjulang tinggi dengan banyak ranting kecil namun dedaunan yang terpusat di puncaknya, ternyata memiliki nama Pohon Eucalyptus. Kami diberi beberapa penjelasan bahwa kami berada di sebuah kawasan Tapung, Kabupaten Kampar. Lokasi ini berada di area PT Perawang Sukses Perkasa Industri (PSPI). Desa ini merupakan salah satu binaan dari Program DMPA ( Desa Makmur Peduli Asap).
Dikutip dari Presentasi Forest Talk |
Program DMPA adalah perwujudan Kebijakan Konservasi Hutan (FCP) APP Sinar Mas dengan pelibatan masyarakat adat dan lokal secara konstruktif dalam upaya menyelesaikan konflik sosial dan juga pemberdayaan masyarakat sekitar hutan secara sosial-ekonomi. Dalam hal ini yang dijelaskan Pak Tahan Manurung, bahwa Riau memiliki permasalahan pelik dalam mengelola hutan. Kita tahu jika, Provinsi Riau terkhusus kota Pekanbaru seringkali dilanda Kabut Asap yang menjadi bencana nasional.
Program DMPA mengedepankan kolaborasi dari berbagai pemangku kepentingan, antara lain masyarakat , perusahaan, pemerintah daerah, lembaga swadaya masyarakat dan juga akademisi.
Ada hal menarik ketika kami menelusuri menuju Desa Batu Gajah yang merupakan Binaan DMPA. Saya melihat sebuah penerapan pengelolaan hutan yang baik dari segala aspek stakeholder. Baik itu perusahaan (industri), masyarakat dan juga alam. Kami pun akhirnya sampai ke balai desa atau juga salah satu perwakilan warga Desa Batu Gajah. Kami disambut dengan gembira oleh mereka dengan berbagai suguhan yang mengugah selera hasil perkebunan. Saya sendiri menyaksikan beberapa lahan sekitar balai tempat kami menyelenggarakan acara terdapat kebun ubi dan juga beberapa tanaman produktif lain. Kami diminta untuk beristirahat setelah melakukan perjalanan panjang dari Pekanbaru yang memakan waktu sekitar 2 jam. Kami diberi suguhan ubi goreng, sukun dan jagung rebus.
Warga pun antusias menyambut kami dengan menceritakan apa yang mereka lakukan di Desa Batu Gajah sebagai salah satu desa binaan program DMPA diantaranya mereka produktif dalam menghasilkan kerajinan hasil hutan yang dapat dijual dan menambah nilai tambah. Seperti topi, tudung saji dan alat rumah tangga lainnya. Saya salut, mereka menceritakan bagaimana mereka menggunakan tanaman sebagai pewarna alami untuk kerajinan mereka.
Demo Kerajinan Hasil Hutan dari Warga Desa Batu Gajah |
“Kami menggunakan asap lampu togok untuk pewarna hitam dari topi anyam kami,” ucap salah satu warga yang mempresentasikan bagaimana mereka menghasilkan kerajinan dari hasil hutan
.
Kami pun menyaksikan langsung warga disana terutama Ibu – Ibu warga Desa Batu Gajah sungguh lincah dan kreatif. Salah satu hasil pangan yang menurut saya sangat enak dan juga unik adalah Kripik Tempe Organik. Saya benar – benar ketagihan! Mereka memproduksi tempe sendiri dan juga menjadikannya pangan jadi yang siap di santap. Yummy! Kamu musti coba deh!
Hasil Pangan Warga Desa Batu Gajah |
Desa Batu Gajah konon katanya asal usul nama desa ini berasal dari perjanjian antar Gajah dan Manusia. Perjanjian gajah yang menyalahi aturan karena memakan pohon kekededau yang ketika menyebrangi sungai akhirnya menjadi batu. Kita masih bisa loh menyaksikan batu yang menyerupai gajah di sungai tersebut loh.
Saya pun sempat berbincang dengan beberapa anak gadis disana dan berfoto. Mereka sangat ramah sekali menyambut kami.
Saya yang antusias |
Kami pun melanjutkan perjalanan untuk melihat beberapa peternakan sapi warga Desa Batu Gajah. Sungguh menarik, ternyata bukan hanya perkebunan, kerajinan tangan, dan juga hasil pangan. Desa binaan DMPA juga merambah ke sektor perternakan. Sapi yang kami saksikan gemuk – gemuk dan sehat, menurut informasi yang kami dapatkan. Saat ini mereka sudah memiliki dan berhasil mengembangbiakan 18 sapi loh dari 6 sapi yang diberikan oleh Tim Pembina DMPA. Super!
Perlu kita ketahui, Program DMPA telah dimulai sejak tahun 2014 dengan beberapa program diantaranya : Program ternak sapi, hortilkutura, dan program bantuan untuk para nelayan. Seru banget kegiatan Field Trip ini deh pokoknya! Beberapa hal yang bisa saya dapatkan dan menjadi catatan saya yaitu mengenai kolaborasi yang apik antara warga, industri dan alam.
Sepanjang perjalanan menyusuri hutan, saya melihat pohon – pohon yang ada dikawasan tersebut terbina dengan baik. Tidak ada bekas pembakaran, hasil hutan kayu yang ditebang sudah bermunculan bibit baru sebagai pengganti pohon yang ditebang. Ya! Mereka sudah menerapkan program tebang pilih. Saya pun ikut bertanya - tanya tentang bedanya warna – warna pita yang ada di beberapa pohon. Ternyata maksudnya adalah untuk membedakan dan mengenal usia pohon yang boleh dan tidak untuk ditebang.
Menarik ya! Saya ingin sekali datang kesini lagi kapan – kapan!
____________
Tulisan ini di dedikasikan dalam Lomba Blogger Forest Talk with Blogger yang diselenggarakan Yayasan Doktor Sutan Sjahrir.
Informasi Lebih Lanjut : lestarihutan.id
Yayasan Doktor Sjahrir
Twitter : @YSjahrir
Instagram : @yayasandoktorsjahrir
Web : yayasandoktorsjahrir.id