Tepuk Tangan Untuk Dirimu dan Orang Lain
Sudah lama sekali ga bercerita panjang disini. Dengan drive yang menumpuk dan ide yang meluap – luap ga terlaksana. Dasar manusia ya! Saya ga menyangka tulisan mengenai apresiasi sudah pernah saya tulisan 2 tahun lalu mengenai "Apresiasi". Dan makin kesini setelah perjalanan ke Jakarta dan Bandung kemarin membuka mata saya. That’s the point! Hal yang selama ini bikin karya itu tertahan karena kita selalu mikir komentar orang lain sebelum mengeksekusi sesuatu. Yaa bener sih kita harus berpikir dulu sebelum bertindak. Tapi kalo mikirnya kelamaan terus berpikir dan mengira semua komentar orang lain terhadap karya dan hal yang pengen dibuat itu ga bagus dan bermanfaat yang terjadi hanyalah karya tadi hanya jadi kenangan. Yaps kenangan! Suatu saat ide dan karya tadi bakal dirilis oranglain, bisa jadi sama atau mirip. Intinya kita bakal gigit jari deh.
Baca yang lain disini : Generasi Masa Kini, Generasi Apresiasi
Sebuah kerandoman di tulisan kali ini yang saya beri judul “Tepuk Tangan untuk Dirimu dan Orang Lain”. Saya tinggal, besar, dan dominasi hidup di Pekanbaru sejak Sekolah Dasar sampe Perguruan Tinggi. Tapi tetap aja ga bisa menisbatkan diri jadi orang Pekanbaru. Karena memang keluarga ke Pekanbaru merantau memulai hidup dari awal sejak terjadi krisis di 1998. Saya dulu tinggal di Jakarta dan lahir di Bogor. Sedangkan Ibu dari Sumatera Selatan. Kalau teman terdekat tentunya sudah tahu cerita ini. Tapi apa yang menjadi hal dipikiran ketika sesekali pergi “balek kampung” eh “balik ke kota asal” namanya membandingkan pasti gak lepas kan ya.
Saya sering merasakan bahwa ide dan cita – cita saya terasa sulit sekali bisa berkembang di kota Pekanbaru. Bahkan penuh perjuangan yang luarbiasa hingga rasanya keinginan untuk menyerah itu menjadi hal yang sering terjadi. Ketika ke kota Jakarta atau kota di daerah Jawa saya merasa bahwa apapun yang disampaikan begitu di “Apresiasi” dan di dengarkan banyak orang dengan mata yang berbinar serta rasa ingin tahu yang tinggi buat saling berbagi. Teman – teman tahu gak ketika teman kita berbicara tentang sebuah cita – cita dan juga banyak hal ketika kita menyambutnya dengan sepenuh hati ada sesuatu yang tumbuh. Optimisme yang membubung tinggi dan sebuah semangat double kali lipat untuk mewujudkannya. Walaupun ada juga teori yang mengatakan bahwa sesuatu yang disampaikan akan berbanding kebalik dengan apa yang dilaksanakan. Namun untuk sharing kali ini saya ga berbicara tentang itu, tapi berbicara feedback ya dari sebuah ide melainkan cerita tentang sebuah karya dan ide itu sudah meluncur ke permukaan dalam bentuk sesuatu hal.
Dan saya rasa problem ini juga di idap oleh hampir semua masyarakat Indonesia terhadap apapun sesuatu yang muncul. Hal negative menjadi magnet yang sangat kuat untuk mengkritisi dan memberikan caci maki. Bukan ga boleh, tapi kenapa jadi sebuah tanggapan awal sih. Gerah aja kadang hahaha. Mungkin ini yang bikin negara kita sulit maju.
Saya selalu kagum dengar orang – orang yang tebal mata dan telinga dengan berbagai komentar orang lain terhadap karyanya bukan hanya pujian dan juga cacian. Benar-benar luarbiasa untuk bisa mengendalikan dan mengontrol diri dengan hal demikian. Sharing lebih lanjut, sebenarnya konsep apresiasi itu ada teori sains dan psikologisnya loh!
“Bahwa siapapun yang diberikan apresiasi dukungan sama seperti kita sudah memberikan sebuah kebutuhan kepada orang tersebut untuk berkembang, sama halnya seperti makanan yang merupakan kebutuhan kita sebagai manusia kalau kita ga makan kita lemes kan ya. Nah seperti itu “Apresiasi” ketika ketika memberikan hal demikian ke orang lain, kita seperti sudah melengkapi kebutuhannya, apa yang terjadi kalo kita sudah makan, tentu bertumbuh bukan ?”
Ketika saya browsing saya menemukan beberapa teori yang sedikit banyak berkaitan teman – teman bisa buka di sini 5 Psychological Theories of Motivation to Increase Productivity.
Beberapa diantaranya ada teori Maslow dan juga Two-Factor Theory of motivation oleh Frederick Herzberg pada tahun 1950. Herzberg sendiri bercerita bahwa dalam eksperimennya ada 2 hal yang mempengaruhi 200 pegawai akuntan yang dijadikan objek penelitiannya, bahwa motivasi dan kepuasan mereka dipengaruhi.
Beberapa diantaranya ada teori Maslow dan juga Two-Factor Theory of motivation oleh Frederick Herzberg pada tahun 1950. Herzberg sendiri bercerita bahwa dalam eksperimennya ada 2 hal yang mempengaruhi 200 pegawai akuntan yang dijadikan objek penelitiannya, bahwa motivasi dan kepuasan mereka dipengaruhi.
1. Motivator factors – Simply put, these are factors that lead to satisfaction and motivate employees to work harder. Examples might include enjoying your work, feeling recognised and career progression.
2. Hygiene factors – These factors can lead to dissatisfaction and a lack of motivation if they are absent. Examples include salary, company policies, benefits, relationships with managers and co-workers.
Bentuk motivasi di dalamnya adalah sebuah apresiasi. Makanya penting bagi seorang pimpinan ataupun leader di berbagai lini apapun berperan sebagai motivator dalam hal ini juga mengapresiasi hal yang dilakukan oleh timnya. Ini yang menjadi factor peningkatan kinerja dan juga kepuasan serta loyalitas timnya.
Menurut saya hal ini juga termasuk memberikan tepuk tangan pada diri sendiri. Alias mengapresiasi diri sendiri. Kadang beberapa orang sulit untuk mengekspresikan kegelisahan atas karya yang dimiliki ataupun sikap yang ada. Ga semua orang mengerti dan menerima. Hal yang tahu hanya diri kita dan bagaimana pertumbuhan kita juga hanya kita yang tahu. Misal nih kamu mungkin pemalas banget, males belajar. Ketika kamu punya sebuah cita – cita mengubah kebiasaan ga baik itu atau membuat nyaman ruangan kamar kamu tidak mungkin kamu menuntut orang lain mengapresiasinya. Kadang kala efeknya malah dibilang riya atau sombong dan lain sebagainya. Pasti ada hal – hal yang kita filter dari semua apa yang kita lakukan.
Gimana cara memenuhi kolom apresiasi dari factor kebutuhan sebagai manusia untuk diapresiasi ? Yaps mengapresiasi diri sendiri. Bagaimana caranya ?Sederhana sekali. Kita bisa saja memberikan hadiah pada keinginan diri sendiri. Misalnya kamu kalo berhasil mengubah kebiasaan kamu. Kamu akan beli baju baru, atau sesuatu yang kamu idamkan sejak lama. Mengajak diri sendiri liburan atau menonton satu tayangan episode atau film yang kamu ingin tonton sejak lama dan kamu tahan – tahan karena ingin tak ingin terdistraksi pekerjaannya. Hal kecil dan sederhana ini menjadi sebuah wujud mengapresiasi diri yang sederhana namun ga sadar efektif untuk mengchallenge diri dan bertumbuh tanpa sibuk meminta apresiasi dari orang lain. Haha benar kan ?
Dua hal ini jika lakukan seimbang, bisa mengakselerasi diri kita jadi manusia yang lebih baik. Nah mengenai akselerasi teman – teman bisa.
Dua hal ini jika lakukan seimbang, bisa mengakselerasi diri kita jadi manusia yang lebih baik. Nah mengenai akselerasi teman – teman bisa.
Baca tulisan ini : Akselerasi Kehidupan
Nah gimana menurut kamu ?
Sudah ingin mencoba mengapresiasi diri sendiri ?
Sudah ingin mencoba mengapresiasi diri sendiri ?
0 comments
What's your opinion about this article ?