Jurnal Ramadhan E5 : Mengenang Ramadhan
Ada yang menarik ketika ingin sharing disini. Agak sedikit mellow, tapi tujuan cerita kali ini agar kita bisa bersyukur tentang dan menemukan Ramadhan. Dimana kadang kala kalau kita flashback ke belakang terjadi banyak perubahan Ramadhan di hidup kita. Disini mungkin bukan membahas mengenai ruhiyah, melainkan orang – orang yang bersama kita di Ramadhan sejak awal. Ingat gak kamu ketika pertama kali belajar berpuasa, ingat tidak ketika sahur bersama di meja yang sama rumah yang sederhan. Kadang ada sebagian besar kita, Ramadhan yang tak lagi sama kehilangan orang yang duduk dalam lingkaran yang sama sebelumnya sekarang hanya bangku kosong. Bisa juga karena kehidupan kian meninggi, kesempatan bersama kemudian berkurang. Pekerjaan mulai mengurangi perkumpulan kita dengan orang – orang yang kita sayangi. Gadget, pekerjaan yang padat, dan teknologi menjadi rumah hanya sebagai tempat singgah tidur semata.
Kita perlu bersyukur, itulah kadang kita diminta melihat ke belakang agar tahu sejauh apa kita melangkah. Kita perlu mengenang agar tahu dan betapa Allah banyak telah memberikan nikmat pada kita. Mungkin ini Ramadhan yang keberapa untuk hidup kita. Syukur yang banyak ketika kita dipertemukan Ramadhan kali ini. Hal yang paling menguras hati ketika kelak sudah sampai di ujung Ramadhan. Bahwa kenangan Ramadhan ini berakhir, kebahagiaan bercumbu dengan intens pada Allah SWT tidak seperti biasanya. Kebiasaan mengunjungi RumahNya tidak seperti biasanya. Seharusnya kita tercabik dengan demikain, tidak melontarkan lelucon yang belakangan menjadi sebuah lucu – lucu bahwa “lebaran 29 hari lagi”. Bagaikan bulan Ramadhan dan puasa hanya momen musiman, yang dinanti endingnya saja. Coba kita renungi kembali, sejauh apa kita menjadi sosok yang lebih baik dari Ramadhan ke Ramadhan lainnya.
Apakah sedekah lebih banyak ?
Apakah ibadah Sunnah kian rajin ?
Apakah kebaikan sederhana makin meningkat ?
Bisa jadi sama saja dengan Ramadhan lainnya, tanpa rasa kehilangan ketika dia pergi.
“Koreksilah diri kalian sebelum kalian dihisab dan berhiaslah (dengan amal shalih) untuk pagelaran agung (pada hari kiamat kelak)” [HR. Tirmidzi].
Diriwayatkan dari Maimun bin Mihran, beliau berkata,
“Hamba tidak dikatakan bertakwa hingga dia mengoreksi dirinya sebagaimana dia mengoreksi rekannya” [HR. Tirmidzi].
Tulisan ini sebagai pengingat pribadi, dan untuk kita semua
Semoga bermanfaat!
0 comments
What's your opinion about this article ?