Haruskah Kamu Bikin Perubahan ?
Well, beberapa hari ini topik demonstrasi taksi konvensional dan taksi online menjadi trending topik di segala media. Waah pengen speak up sih ! Tapi masih ngerasa terbatas sama pengetahuan tentang apa yang terjadi. Saya pun asik mengamati berbagai opini banyak orang di sosial media, televisi, dan lain-lain tentang hal demikian. Lalu seperti biasa, saya hanya bilang, "kita semua menjadi bagian kesalahan atau permasalahan ini". Duh lagi - lagi milih posisi aman (aku mah gitu).
Indonesia mengalami keadaan tertekan. Kenapa ? Ekonomi makin sulit, tantangan jaman makin berat. Lalu, di saat seperti ini ada segelintir orang kreatif yang ingin keluar dari keadaan ini. Inget gak ? Kalau tekanan itu berdampak pada percepatan. (teori ala - ala saya)
Lalu, tuing .. ternyata teorinya ada dalam fisika loh. Hukum newton dua berbunyi dimana setiap percepatan (kecepatan yang berubah) gerak benda selaras dengan yang di hasilkan oleh gaya yang bekerja atau ada pada suatu benda dan selalu selaras dengan massa.
Ini makanan saya waktu jadi siswa sains di sekolah menengah dulu. Baiklah kita lupakan, kesalahfokusan kita. Balik ke topik, kita senantiasa menghadapi banyak perubahan. Apabila kita tak mampu menghadapinya, kita akan jadi bagian dari masa lalu.
Bagaimana kita bisa melewatinya ? Kita menjadi bagian dari perubahan itu. Saya lupa ini opini dari mana, tapi memang benar itulah yang terjadi. Bukan membela antara satu pihak dan pihak lain. Tapi ini bagian dari tanggungjawab kita bersama. Di sisi lain, taksi konvensional seharusnya menyadari akan hal ini dan bertindak cerdas untuk berubah dan berinovasi. Begitu juga taksi online yang juga bermain fair dalam hal ini. Saya tidak bisa berkomentar banyak, karena saya belum pernah merasakan sendiri bagaimana menggunakan kendaraan online, karena belum ada di kota saya.
Tapi dari kejadian tersebut, kita seharusnya bisa mengambil cerita dan juga pengetahuan baru apa yang seharusnya kita lakukan. Membangun startup sepertinya menjadi solusi dari berbagai masalah yang ada, namun kalau salah - salah juga menimbulkan masalah baru apalagi jika masyarakat belum siap menghadapinya.
Bagi saya, internet itu keajaiban. Membuat segala sesuatu mudah, dan merubah banyak hal dalam kehidupan manusia, baik itu budaya, kebiasaan, pola pikir, benar gak ?
Tulisan salah satu professor hits Indonesia, Prof. Rhenaldi Kasali menyeruak di berbagai linimasa dan broadcast beberapa teman. Kamu bisa baca lengkapnya disini "Selamat Datang, Sharing Economy". Tulisan ini memberikan gambaran apa yang sedang kita hadapi. Saat ini eranya berbagi, berbagi banyak hal seperti tempat tinggal dari startup airbnb yang memberikan penyewaaan rumah yang harganya relatif murah, ada juga startup yang membantu untuk transportasi lebih efisien dengan nebeng.com yang mempertemukan para penumpang dengan pengendara lain yang searah. Itu merupakan beberapa contohnya. Tuntutan mahalnya gaya hidup masa kini, mau ga mau kita harus banyak melakukan efisiensi. (ringkasannya gitu)
Saya pribadi merasakan, bahwa konsep gotong royong dan juga era nya setiap manusia itu adalah pengusaha itu sudah muncul. Zaman dulu, orang - orang sebagian besar merupakan penjual bukan ? Ingat gak pelajaran kita dulu tentang sejarah lahirnya "uang" sebagai alat tukar manusia melakukan transaksi. Kita menggunakan barter kan ?
Ada banyak toko yang menyajikan berbagai kebutuhan kita. Begitu juga kita lihat di supermarket saat ini. Lihat tidak ada berapa merek shampoo yang kamu temui di supermarket ? Ada berapa macam jenis snack, dan juga jenis sabun baru tiap bulannya ?
Saya pun menyadari kebingungan saya setiap saya belanja bulanan, karena melihat ada saja produk baru yang muncul, dengan promo terbaru yang gak tahan buat dicoba.
Kompetisi is real. Kompetisi berat itu, sudah terjadi readers. Saya sebagai anak 90an akhir yang di lempar ke pasar kenyataan hidup pada tahun 2000 merasakan getar getirnya kompetisi ini. Di tahun saya MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) diberlakukan, menunggu waktu lagi entah apa hal baru yang terjadi di depan. Bagi yang tidak tahu kompetisi sengit ini, akan merasa dunia baik - baik aja. Padahal sebenarnya, ada duri - duri dalam selimut *aduh peribahasa saya*.
Jadi benar kenyataan, kenapa dedek bayi gak takut sama kobaran api ? Karena debay gak ngerti, kalau panas api bisa membakar dirinya. Seperti itulah keadaan kita sekarang, kalau kita gak jadi sosok mencari tahu, kita sudah merencanakan diri untuk terbakar di kemudian hari.
So, pertanyaannya ?
Haruskah kita membuat perubahan ?
Jawabnya harus. Jika tidak! Kita akan diseret oleh perubahan. Perubahan yang dibuat oleh orang lain, yang bisa jadi, gak pernah mikirin keinginan kita dan kepentingan kita. Perubahan yang kadang kala gak baik, yang kemudian mengerus impian dan cita - cita kita.
Bukan hanya itu, tugas manusia juga membuat sesuatu kan ? Bukannya firmanNya bilang, kita merupakan pemimpin dan khalifah di muka bumi.
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”.” (QS Al Baqarah : 30)
Contoh perubahan apa yang gak baik yang mengerus kepentingan orang banyak dan diri kita ? Perubahan hutan kita menjadi lahan industri, yang berakibat asap racun yang tiap tahun di hirup oleh masyarakat pulau sumatera dan negara tetangga, termasuk provinsi saya, Riau.
Kita punya tugas besar, menjadi manusia mulia, memberikan meninggalkan jejak kebaikan. menjaga bumi yang dititipkan olehNya.
Jadi, misalnya sampai saat ini kita belum berbuat apa - apa. Mulai lah membuat perubahan untuk diri kita sendiri, hijrah dari hal yang tidak baik menjadi baik, berubah dari yang baik menjadi lebih baik. Sambil melakukan dan berbuat perubahan untuk orang sekitar kita, keluarga, tetangga, teman - teman hingga untuk nusa dan bangsa, serta agama.
------
yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca
Keep Inspiring !
0 comments
What's your opinion about this article ?